Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Penjabat (Pj) Bupati Brebes, Djoko Gunawan melihat kondisi banjir di Brebes. (Dok jatengprov.go.id)
Penjabat (Pj) Bupati Brebes, Djoko Gunawan melihat kondisi banjir di Brebes. (Dok jatengprov.go.id)

Intinya sih...

  • 29 sekolah di Jawa Tengah terkena dampak bencana banjir dan tanah longsor
  • Berbagai aset sekolah terendam banjir, menyebabkan kerugian hingga Rp50 juta
  • 11 kabupaten/kota dilanda bencana, beberapa sekolah mengalami kerusakan parah
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Semarang, IDN Times - Sebanyak 29 sekolah setingkat SMA/SMK wilayah 11 kabupaten/kota Jawa Tengah terkena dampak bencana banjir dan tanah longsor yang melanda belakangan ini.

Berdasarkan data assesment dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Jawa Tengah, puluhan sekolahan tersebut mengalami kerusakan yang bervariasi. 

1. Disdik: Kerugian antara Rp50 juta

Tim SAR gabungan sedang mencari para korban bencana longsor di Desa Kasimpar, Petungkriyono, Pekalongan, Kamis (23/1/2025). (IDN Times/Dhana Kencana)

Kepala Disdikbud Jateng, Uswatun Hasanah mengungkapkan bencana alam yang melanda akhir-akhir ini menyebabkan sejumlah aset sekolah terendam banjir. 

Tak cuma itu saja, terdapat beberapa alat praktek siswa yang terkena banjir sehingga membuat kerugian menjadi lebih besar. 

"Dengan kejadian hujan yang deras dan juga puting beliung kerugian yang ditimbulkan antara Rp50 juta. Seperti di SMK Nusantara Gubug itu beberapa aset terendam. Di ruang tata usaha bengkel operator sekolah terendam. Di SMK Gajah Mada peralatannya juga terdampak. SMK Nasional kurang lebih kerugiannya Rp50 juta. Dan yang agak tinggi itu di SMK Darul Ulum karena banyak aset mesin jahit terendam banjir, tentu karena mesin jahit itu mahal pastinya kerugian juga banyak," tutur Uswatun, Kamis (23/1/2025). 

2. Sebagian gedung SMK Karangpucung Cilacap ambruk

Penanganan jalur putus di perlintasan antara Stasiun Gubug dan Stasiun Karangjati sepanjang 100 meter. (Dok/Daop 6 Yogyakarta)

Pihaknya menuturkan ada 11 kabupaten/kota yang dilanda bencana banjir, longsor dan puting beliung. 

Lebih jauh pihaknya menyebutkan sekolah-sekolah yang terdampak bencana ialah SMKN Karangpucung Kabupaten Cilacap, SMKN 2 Purworejo, SMKN 1 Purwodadi, SMA Muhammadiyah Purwodadi, SMK Nusantara Gubug, SMK Muhammadiyah Purwodadi, SMK Bina Negara Gubug, SMK Pembangunan Purwodadi, SMK Darul Ulum, YPLB, SMA PGRI Purwodadi, SLB PGRI Purwodadi, SMK Miftahul Huda. 

Lalu di Kabupaten Kudus terdapat pula sekolah yang terdampak banjir yaitu SLB Sunan Muria. Di Kabupaten Demak yang terdampak banjir adalah SMAN 1 Guntur.

Kemudian di Kabupaten Pekalongan, dua sekolah mengalami dampak banjir dan tanah longsor yaitu SMA Paninggaran Pekalongan dan SMAN 1 Petungkriyono. Di Kabupaten Pemalang yang terdampak yakni SMAN 1 Belik. Untuk Kabupaten Brebes banjir melanda SMAN 1 Wonosari dan SMK Madani Brebes. 

Di Magelang ada di SMK Pius Magelang. Selanjutnya dampak bencana juga dirasakan SMAN Jebres Solo dan SMK Harapan Tegal.

"Dari 11 kabupaten kota yang terdampak banjir longsor puting beliung tidak semuanya kerusakan parah. Yang parah ya di SMK Negeri Karangpucung Cilacap, sebagian gedung dan atapnya ambruk. Tentu proses belajar terganggu. Tetapi yang diutamakan tetap keselamatan orangnya. Kita sudah minta mitigasi kebencanaan setiap saat mengamankan aset di cuaca ekstrem. Artinya sekolah tanggap bencana memang diperlukan untuk semua sekolah," ujarnya. 

3. Tahun ini bencana ada dimana-mana

Pj Gubernur Jateng Nana Sudjana mengecek banjir Brebes. (IDN Times/Dok Humas Pemprov Jateng)

Pihaknya juga tak bisa memungkiri bahwa bencana alam yang melanda Jawa Tengah semakin meluas dari tahun ke tahun. Apabila dahulu tren bencana hanya berkutat pada Kota Semarang, Sayung dan Kabupaten Blora dan Grobogan. Kini bencana sudah ada dimana-mana. 

4. Beberapa sekolah kalut

Banjir terjadi di Kabupaten Landak, Kalbar. (IDN Times/istimewa).

Namun pihaknya mengakui bila dengan munculnya bencana tak semua sekolah bisa merespon dengan cepat. Ada beberapa sekolah yang ia sebut kalut lantaran tidak mempunyai bekal persiapan. 

"Kan dulu trennya (bencana) di Semarang, Sayung, Blora, Purwodadi. Sekarang ternyata sampai kemana-mana. Ini juga bagian edukasi ada yang langsung tanggap saat bencana. Ada yang belum punya bekal. Akhirnya kalut. Kita berusaha dalam kondisi apapun pada akhirnya anak-anak belajar di rumah juga. Maka pembelajaran juga dilakukan daring," kata Uswatun. 

Editorial Team