Ilustrasi bermain sosmed (pixabay.com/JESHOOTS-com)
Doni mengatakan semula butuh modal Rp3--5 juta untuk membuat perangkat software. Ia terbesit merancang sistem Internet of Things karena selama ini banyak petani hidroponik yang kesulitan memonitor nutrisi terutama menyirami tanamannya setiap hari.
Namun dengan memakai sensor, bisa memonitor menggunakan smartphone. Ia berkata dari smartphone, dirinya bisa mengontrol ketinggian air serta membuka dan menutup keran air secara otomatis.
"Dan tanamannya juga bisa tumbuh normal seperti umumnya. Sehingga ini jadi salah satu sistem Internet of Things untuk memudahkan monitoring tanaman hidroponik. Kita yang sedang kerja dengan mobilitas tinggi masih tetap bisa memantau kondisi kebun dari jarak jauh," terangnya.
Ia berulang kali telah mengujicoba memantau kebun sawi miliknya memakai smartphone dengan jarak dua kilometer.
"Kebunnya ada di Unnes selama ini bisa saya pantau dari rumah saya di Gunungpati. Jaraknya sekitar dua kilo," terangnya.