Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Para santri mengumandangkan lagu kebangsaan Indonesia Raya saat kegiatan pembahasan penanganan kekerasan yang diadakan DP3AP2KB bersama UNICEF dan LPA Klaten di BPSDM Jateng. (IDN Times/Fariz Fardianto)
Para santri mengumandangkan lagu kebangsaan Indonesia Raya saat kegiatan pembahasan penanganan kekerasan yang diadakan DP3AP2KB bersama UNICEF dan LPA Klaten di BPSDM Jateng. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Intinya sih...

  • Perlu bangun budaya inklusif di lingkungan pesantren

  • Pesantren harus perhatikan kepentingan anak sendiri

  • Pesantren ramah anak gak cuma soal SOP tapi internalisasi nilai budaya

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Semarang, IDN Times - Pelaksanaan program pesantren ramah anak diperlukan sinergitas antara stackholder untuk menciptakan perlindungan bagi para santri. 

Dengan keterlibatan semua pihak, maka bisa menciptakan lingkungan ponpes yang aman dan nyaman. Sehingga para santri dapat terhindar dari perundungan maupun kekerasan. 

"Kemudian prinsipnya anti kekerasan, terakhir harus ada partisipasi aktif dari anak. Libatkan mereka dalam setiap diskusi," ujar Nawal Arafah Yasin, Ketua TP PKK Jateng, Senin (6/10/2025). 

 

1. Perlu bangun budaya inklusif di lingkungan ponpes

Santri dan fatayat (santriwati) Pondok Modern Daarul Ikrom (PMDI) Kedondong Kabupaten Pesawaran. (Dok. PMDI).

Nawal mengatakan, saat ini sudah banyak stake holder yang bergerak untuk mewujudkan pesantren ramah anak di Jawa Tengah. Di antaranya yakni Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU), Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama, serta UNICEF. 

Dalam acara Maulid Nabi Muhammad SAW di Gedung Kanzus Sholawat Habib Luthfi Kota Pekalongan, pihaknya menekankan pentingnya membangun budaya inklusif di lingkungan pesantren. Hal ini untuk menumbuhkan sikap saling menghormati, menghargai, dan tidak membeda-bedakan antar santri. 

2. Nawal: Pesantren harus perhatikan kepentingan anak sendiri

Ning Nawal istri Wagub Jateng menjelaskan persoalan ponpes yang ada di Jawa Tengah. (IDN Times/bt)

Untuk mewujudkan pesantren ramah anak, kata Nawal, juga harus memastikan tidak ada diskriminasi. Menurutnya, hal ini tidak cukup dengan hanya membentuk Standar Operasional Prosedur (SOP). 

"Pesantren ramah anak prinsipnya adalah dipastikan bahwa pesantren itu memprioriraskan kepentingan anak sendiri," kata Bunda Forum Anak Nasional (FAN) ini.

3. Pesantren ramah anak gak cuma soal SOP tapi internalisasi nilai budaya

Wagub Jateng Taj Yasin Maimoen berbicara aaat halaqoh pesantren ramah anak, aman dan sehat. (IDN Times/Dok Humas Pemprov Jateng)

Lebih jelas lagi ia bilang perlu internalisasi budaya dan nilai-nilai inklusif di lingkungan ponpes. Yakni menanamkan sikap saling menghormati, menyayangi, tolong-menolong, serta rendah hati. 

"Kita tidak hanya butuh SOP, tapi bagaimana internalisasi nilai-nilai ini betul betul dikembangkan. Bukan hanya untuk anak, tapi juga stake holder lain, entah itu pengasuh atau pengurus, dan sebagainya," ungkap istri Wagub Jateng Taj Yasin Maimoen tersebut. 

Selain itu, pihak pesantren juga harus memastikan hak-hak anak terpenuhi dengan baik. Mulai dari pendidikan, kesehatan atau gizi, serta sarana dan prasarana yang layak. 

4. Nawal: Kita harus jadi teman sebaya

Halal Bihalal Akbar Persatuan Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Kaffah (P4SK) di Banyumas. (Dok/Istimewa)

Tidak hanya itu, pencegahan terhadap kekerasan seksual juga perlu dilakukan. Nawal mendorong pihak pesantren membentuk manajeman pengaduan dan mekanisme rehabilitasi apabila terdapat korban. 

"Terakhir kita harus menjadi konsultan sebaya, untuk bisa menjadi teman bagi teman yang lain," ujarnya. 

Diketahui, pesantren ramah anak ialah salah satu program yang terus digalakkan di Jawa Tengah. Bahkan Pemprov sudah bekerja sama dengan Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama Jateng, UNICEF, dan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Klaten.

Berbagai upaya pun telah dilakukan oleh Pemprov Jateng. Seperti pembentukan pilot project pesantren ramah anak di Ponpes Al Anwar IV dan Ponpes Alhamdulillah Kabupaten Rembang. Dua pesantren tersebut sudah memiliki Satgas Anti-Bullying. 

Upaya lainnya yaitu melalui sosalisasi dan edukasi. Seperti pada kegiatan Keterampilan Hidup Remaja pada bulan Mei 2025 lalu yang diikuti oleh 200-an santri di Jawa Tengah. 

Editorial Team