Cara Mahasiswa Unsoed Berdayakan Emak-emak Olah Sampah jadi Ecoenzim

Intinya sih...
Penerapan ecoenzim dalam kehidupan sehari-hari menjadi solusi ramah lingkungan dan berdaya guna.
PKK bangga terlibat dalam pelatihan
Gerakan hijau masyarakat pedesaan
Banyumas, IDN Times - Pengelolaan sampah rumah tangga berbasis lingkungan makin mendapatkan perhatian serius dari kalangan akademisi dan masyarakat. Salah satu upaya nyata datang dari Himpunan Mahasiswa Biologi Terapan (HIMABIOTER) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) yang mengadakan kegiatan “Edukasi dan Pelatihan Ecoenzim” di Desa Dawuhan Kulon, Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas.
Mengusung semangat kolaborasi ilmiah dan pemberdayaan warga, kegiatan itu menyasar ibu-ibu PKK sebagai mitra utama dalam praktik pemanfaatan sampah organik menjadi ecoenzim cairan hasil fermentasi limbah dapur.
1. Penerapan ecoenzim dalam kehidupan sehari hari
Menurut Ketua Panitia, Linda Ramadani mengatakan, kegiatan tersebut merupakan bagian dari bentuk pengabdian mahasiswa Biologi Terapan kepada masyarakat mengatasi dan menemukan solusi bahwa sampah organik bisa bermanfaat.
“Kami ingin membangun kesadaran bahwa sampah organik bukan sekadar limbah, tapi bisa menjadi solusi ramah lingkungan dan berdaya guna. Melalui pelatihan ini, kami ajarkan cara praktis mengelola sampah menjadi ecoenzim yang punya manfaat ekonomi dan ekologis,” ujar Linda kepada IDN Times, Rabu (2/7/2025).
Linda menyebut, materi utama disampaikan Prof Trisnowati Budi Ambarningrum, dosen Fakultas Biologi Unsoed, yang mengupas tuntas teori dasar hingga aplikasi ecoenzim dalam kehidupan sehari hari, mulai dari penggunaan sebagai cairan pembersih alami, pupuk cair organik, hingga skincare herbal.
2. PKK bangga terlibat dalam pelatihan
Kegiatan pelatihan tidak hanya berhenti di teori. Para peserta yang sebagian besar adalah ibu-ibu PKK langsung diajak praktik membuat ecoenzim dari bahan sederhana limbah kulit buah, gula merah, dan air.
Panitia memandu peserta menghitung rasio bahan, mencampurkannya ke dalam wadah fermentasi, serta memberikan edukasi tentang proses penyimpanan dan masa jadi. Antusiasme peserta tampak tinggi, mereka aktif bertanya, berdiskusi, bahkan sebagian sudah berencana mencoba membuat sendiri di rumah.
3. Gerakan hijau masyarakat pedesaan
Ketua PKK Desa Dawuhan Kulon, Ana Sofiyati, mengapresiasi kegiatan sebagai langkah awal perubahan di tingkat desa.
“Kami senang dilibatkan, Pelatihan ini membuka wawasan baru bagi ibu ibu, harapan kami, ini tidak berhenti sampai di sini, akan lebih bagus jika bisa berlanjut menjadi gerakan bersama, atau bahkan masuk program kerja PKK ke depannya,” ungkap Ana.