Cerita di Tengah Samudra, Dari yang Mengantar Energi Tanpa Henti

Semarang, IDN Times - Tidak semudah menyalurkan bahan bakar minyak (BBM) dari dispenser di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) ke tangki kendaraan bermotor. Tugas pendistribusian BBM yang dilakukan PT Pertamina (Persero) memiliki proses yang panjang dan penuh rintangan.
Salah satunya melalui jalur laut. Sebelum BBM sampai ke tangan konsumen ada proses distribusi yang dilakukan di tengah samudra. Yogi Triono, awak kapal mooring boat Pertamina Trans Kontinental selalu terlibat dalam aktivitas bongkar muat energi hasil pengolahan dari kilang minyak di berbagai lokasi di Tanah Air yang dibawa oleh kapal tanker yang kemudian bersandar di Single Point Mooring (SPM) atau dermaga khusus di lepas Pantai Semarang.
Pengabdian awak Mooring Boat Pertamina
Pria berusia 38 tahun itu turut membantu proses sandar kapal, mengecek kualitas BBM, hingga memindahkan BBM dari kapal tanker ke SPM lalu dialirkan melalui pipa di dasar laut ke Terminal BBM Pengapon Semarang.
Menyeberang samudra yang berjarak sembilan kilometer dari daratan untuk bekerja di tengah laut sudah menjadi rutinitas sehari-harinya demi mengantar pasokan energi tanpa henti ke masyarakat. Saat ditemui IDN Times, Selasa (9/11/2021), Yogi tidak sendiri ia ditemani seorang nahkoda dan Eriawan Budi Hartanto yang juga bertugas sebagai awak Mooring Boat Patin 03. Setiap hari mereka menempuh perjalanan selama 35 menit dari dermaga Pertamina Trans Kontinental di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas ke tengah laut untuk sebuah pengabdian.
‘’Saya bekerja di kapal dan bertemu dengan lautan setiap hari seperti ini sudah sejak tahun 2009. Sebelumnya, saya bertugas di tug boat selama delapan tahun di Cilacap, lalu tahun 2017 pindah ke Semarang di mooring boat ini,’’ tuturnya.
Tidak hanya membantu penambatan saat kapal sandar, tugas awak kapal mooring ini juga turut mengecek kualitas BBM yang akan disalurkan lewat pipa bawah laut. Yogi yang mempunyai peran sebagai juru minyak di kapal tambat tersebut juga bertugas mengecek sampel BBM di laborat.
‘’Karena biasanya kalau bongkar dari kilang masih ada campuran air dan lumpur atau ada rembes dari kapal. Maka, harus cek laborat dulu, kalau sudah oke baru bongkar dan dialirkan lewat pipa bawah laut,’’ jelasnya.
Proses bongkar muat BBM inipun membutuhkan waktu yang tidak singkat. Semua tergantung muatan dari kapal tanker pengangkut BBM dan kecepatan pompa di kapal. Untuk muatan 16 ribu hingga maksimal 35 ribu ton bisa membutuhkan waktu 7--24 jam. Adapun, dalam sebulan sedikitnya 20--30 kali kapal tanker Pertamina merapat di SPM Semarang.