Persoalan Desa Serut bukan sekadar kelangkaan air, tetapi juga akses air minum yang layak. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023 menunjukkan, sebanyak 8,28 persen penduduk Indonesia—setara jutaan jiwa—belum memiliki akses air minum layak.
Kondisi tersebut diperparah oleh pemadaman listrik yang sering terjadi saat cuaca buruk akibat topografi berbukit dan banyak pohon di daerah Gunungkidul. Pemadaman ini tidak hanya menghentikan distribusi air, tetapi juga merusak komponen pompa akibat fluktuasi daya.
"Waktu kami masuk ke Desa Serut tahun 2016, air dijual pakai tangki seharga hampir Rp200 ribu. Warga yang punya ternak seperti sapi dan kambing sangat kesulitan. Ada yang setiap hari bawa jeriken ke desa lain untuk mengambil air," kenang Umi, yang memperoleh gelar doktor dari Universitas Brawijaya Malang itu
Melihat kondisi mendesak tersebut, Umi—yang tahu persis kesulitan daerah asalnya—mengusulkan solusi teknologi tepat guna. Pada tahun 2021, tim program Produk Teknologi yang Diseminasikan kepada Masyarakat (PTDM) UAD yang ia pimpin menerima hibah dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) senilai sekitar Rp110 juta.
Instalasi PLTS berkapasitas 5.000 Watt Peak (WP) itu dimulai Agustus 2021. Sistem PLTS terdiri dari 20 panel surya masing-masing 250 watt, yang dirancang untuk mencatu pompa air berdaya 2.700 watt yang memompa air dari kedalaman 100 meter ke puncak bukit, kemudian dialirkan ke rumah warga secara gravitasi.
Keunikan sistem tersebut terletak pada konfigurasi Grid-Tie Hybrid yang dilengkapi Automatic Transfer Switch (ATS) dan teknologi Internet of Things (IoT).
"Kami pakai sensor PZEM-004T dan INA219 dengan mikrokontroler NodeMCU ESP8266. Sistemnya bisa dimonitor lewat smartphone via aplikasi SmartESS (aplikasi pemantau sistem penyimpanan energi (seperti baterai) dan sistem tenaga surya untuk menampilkan data secara real-time melalui ponsel)," jelas Umi.
Ketika tegangan PLTS turun di bawah 10 volt—misalnya saat mendung—sistem otomatis beralih ke jaringan grid milik PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Delay switching juga hanya 43 milidetik sehingga memastikan pompa tidak mati mendadak.
"Kontrolnya kita atur: energi dari PLTS diprioritaskan, PLN sebagai cadangan. Ini lebih efisien daripada sistem off-grid murni yang butuh investasi baterai mahal," imbuh Umi.
Tim PTDM yang beranggotakan Qonitatul Hidayah, Sri Handayaningsih, Damar Yoga Kusuma, dan Apik Rusdiarna, bekerja sama erat dengan KKM Tirta Abadi Jaya, BUMDes Karya Manunggal Jaya, Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) Gunung Jambu, dan Pemerintah Kalurahan Serut.
Pada peresmian Kamis (28/10/2021) dihadiri Bupati Gunungkidul periode 2021—2025, Sunaryanta dan Rektor UAD, Prof Muchlas.
"Bupati menekankan agar masyarakat menjaga peralatan ini sebaik-baiknya. Dukungan politik ini krusial untuk keberlanjutan," kata Umi.