Semarang, IDN Times - Suara deru mesin jahit lamat-lamat terdengar dari pintu masuk sebuah rumah di Jalan Kedungmundu No 2 Sambiroto, Tembalang, Kota Semarang. Lirih dari dalam rumah di sebuah ruangan ada suara sejumlah orang sedang berkomunikasi dengan artikulasi yang kurang jelas. Tampak mereka hanya mengandalkan gerakan tangan dan bibir untuk menyampaikan pesan kepada lawan bicaranya.
Seorang perempuan berhijab dengan busana gamis berwarna coklat turut mengarahkan mereka. Ada yang mendapat tugas untuk menjahit, ada yang diminta memasang pelapis kain, dan ada juga yang ditugaskan membungkus pakaian yang sudah jadi.
‘’Pak Udin, tolong trikot-nya (pelapis kain, red) dipasang ke kain batik berwarna merah dengan motif kawung,’’ kata perempuan itu dengan gerakan bibir dan tangan yang kemudian dipahami oleh seorang lelaki paruh baya yang sedang duduk di depan mesin jahit.
Kemudian, perempuan itu menepuk bahu pekerja lain, Siti Chusnurijah. Lalu dengan bahasa isyarat ia meminta perempuan berusia 53 tahun itu untuk membantu dia membungkus blus batik yang sudah jadi. Masih dengan gerakan tangan dan bibir ia mengarahkan dan memberi tahu cara mengemas pakaian tersebut.
Setelah selesai, ia menghampiri Siti Solikatun yang juga bekerja di sana dan memberi pesan agar bungkusan paket tersebut dikirim melalui jasa kiriman logistik.
‘’Sol, nanti paket ini dikirim ke JNE ya. Pakai paket YES. Alamat pengirim sudah saya tulis,’’ tuturnya dengan gerakan tangan sebagai isyarat yang disambut anggukan Solikatun.