Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi Artificial Intelligence atau AI (Freepik/Rawpixel)
Ilustrasi Artificial Intelligence atau AI (Freepik/Rawpixel)

Intinya sih...

  • Waspadai ancaman manipulasi citra digital dan cyber bullying

  • AI bukan musuh tapi tanggung jawab baru

  • FTIK UIN Walisongo berusaha kolaborasi bagun pendidikan islam adaptif

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Semarang, IDN Times - Pemanfaatan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) perlu diimbangi dengan penguatan literasi yang terukur. Musababnya, menurut Pakar Pendidikan Islam dari UIN Walisongo Semarang, Prof Fatah Syukur masyarakat tidak bisa serta-merta mematikan arus informasi digital yang berkembang saat ini. 

"Kita tidak bisa mematikan arus teknologi. Yang bisa kita lakukan adalah menanamkan nilai agar anak muda bukan hanya pintar, tapi juga beradab dalam dunia digital," ujar Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Walisongo Semarang ini dalam seminar bertajuk membangun etika dan keamanan siswa di era digital di Hotel Grand Artos Magelang, Jumat (10/10/2025). 

1. Waspadai ancaman manipulasi citra digital dan cyber bullying

ilustrasi Artificial Intelligence (Unsplash.com/Growtika)

Ia bilang dalam kegiatan yang menggunakan AI, setiap siswa atau kalangan Gen Z perlu mencermati sisi positif dan negatif dari dampak yang ditimbulkan.

Sebagai contoh, ia memaparkan AI sedikit banyak bisa membantu belajar hingga memproduksi konten. Namun, penggunaan tanpa etika bisa berujung pada dampak sosial yang serius.

“Anak muda hari ini luar biasa kreatif dalam memanfaatkan AI. Tapi jika tidak disertai literasi etis, kreativitas itu bisa berubah menjadi ancaman, seperti penyebaran hoaks, manipulasi citra digital, atau bahkan cyber bullying,” akunya. 

Fatah juga mengingatkan pentingnya pendampingan guru dan orang tua agar siswa mampu menggunakan teknologi secara bertanggung jawab.

2. AI bukan musuh tapi tanggung jawab baru

Ratusan siswa SMA sederajat mengikuti seminar keamanan digital yang diinisiasi Ditjen Pendis Kemenag. (IDN Times/Dok Humas UIN Walisongo Semarang)

Di tempat yang sama, Dekan FTIK UIN Salatiga, Prof Rasimin berkata adanya teknologi AI semestinya tidak dianggap sebagai musuh di era digital. 

Sebetulnya, AI bisa menjadi mitra strategis guru dalam pembelajaran, mulai dari personalisasi materi hingga riset cepat. Ia mengatakan, dunia pendidikan perlu menumbuhkan kesadaran digital di kalangan siswa. Bukan sekadar sebagai pengguna teknologi, tetapi juga pencipta konten yang positif, edukatif, dan berdampak.

Akan tetapi dirinya menegaskan setiap memakai AI, sudah saatnya guru atau siswa perlu membangun sikap tanggung jawab untuk berpikir kritis. 

“AI bukan musuh, tapi tanggung jawab baru. Tanggung jawab untuk tetap manusiawi, untuk berpikir kritis, dan untuk tidak menjadikan teknologi sebagai pengganti moralitas,” bebernya.

3. FTIK UIN Walisongo berusaha kolaborasi bagun pendidikan islam adaptif

Kegiatan seminar bertajuk membangun etika dan keamanan siswa di era digital yang diadakan Ditjen Pendis Kemenag di Magelang. (IDN Times/Dok Humas UIN Walisongo Semarang)

Adapun dalam seminar tersebut  berlangsung interaktif. Tak cuma menghadirkan diskusi akademik, tetapi juga menggugah kesadaran peserta tentang pentingnya keseimbangan antara teknologi, etika, dan spiritualitas dalam kehidupan modern.

FITK UIN Walisongo Semarang menegaskan komitmennya untuk terus berkolaborasi dengan berbagai pihak dalam membangun pendidikan Islam yang adaptif terhadap era digital tanpa kehilangan ruh moral dan nilai kemanusiaan.

“Kami percaya, masa depan pendidikan Islam ada di tangan generasi yang cerdas secara digital dan berakhlak secara spiritual,” tandasnya. 

Editorial Team