Dihantam Abrasi, Garis Pantai Utara Jateng Bergeser Mundur 5 Kilometer

Semarang, IDN Times - Garis pantai utara Jawa Tengah terus-menerus mengalami pergeseran lantaran parahnya dampak abrasi. Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Jawa Tengah menyebutkan berdasarkan data dari Badan Informasi Geoparsial (BIG) ditemukan adanya kemunduran garis pantai utara hingga sejauh 5 kilometer dari titik awal.
Temuan garis pantai utara yang bergeser mundur tersebut berdasar data perubahan pemetaan yang dilakukan BIG tahun keluaran 2021.
1. Pergeseran garis pantai terparah ada di Pantura

Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Jawa Tengah, Benovita Dwi Saraswati menuturkan pergeseran garis pantai yang paling parah memang terletak di pesisir utara Jawa Tengah.
"Kami menggunakan data garis pantai 2021 dari badan informasi geoparsial (BIG). Jadi disitu memang ada perbedaan. Ada abrasi dan akresi. Yang parah di Pantura. Kalau di Pansela masih ada perbedaan tipis," ujar Benovita kepada IDN Times, Senin (22/7/2024).
2. Garis pantai Demak mundur 5 kilometer

Ia mengaku dari hasil pendataan BIG kemudian disinkronkan dengan peraturan perda nomor 13 tahun 2018 tentang zonasi pesisir dan pulau-pulau kecil.
Ia menjelaskan perubahan garis pantai utara tahun 2021 sangat kentara apabila dibanding kondisi tahun 2012 silam.
Selain itu, garis pantai utara yang tampak mencolok bergeser mundur letaknya ada di Kabupaten Brebes, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Demak dan Kota Semarang.
"Kalau di Brebes, Pekalongan, Demak, Semarang perubahannya sangat jelas. Contohnya di Demak itu ada kemunduran garis pantainya sampai 5 kilometer. Itu lokasi yang sedang dibangun jalan tol. Kemudian di Semarang Magunharjo juga besar. Ada yang dua kilometer tapi juga bervariasi. Kalau kami mengacunya dari garis pantai yang ditetapkan BIG," paparnya.
3. Dipicu pembuatan bangunan pantai

Perubahan garis pantai utara yang bergeser mundur tersebut dipicu banyak faktor alam dan non alam. Faktor yang disebabkan ulah manusia kalah akibat pembuatan bangunan di tepi pantai yang menjorok ke lautan.
Lalu ditemukan juga pendirian break water yang terlalu menjorok justru mengubah arus gelombang laut yang membawa sedimentasi pasir.
"Penyebabnya banyak. Mulai dari pembuatan break water yang merubah pola arus. Sehingga sedimentasinya tertahan di satu bangunan. Padahal ekosistem laut itu membutuhkan keseimbangan. Kalau ombak laut tertahan bangunan, maka arusnya akan berpindah ke sisi lain sampai masuk ke pemukiman warga. Dan disitulah akresinya terjadi yang ditandai adanya campuran air laut pada tampungan air tanah. Air yang tadinya dirasakan tawar kemudian berubah menjadi asin," ungkapnya.
Sementara total bentang garis pantai yang ada di Jawa Tengah sepanjang 1.127 kilometer. Garis pantai itu memanjang dari pesisir utara pantai selatan (Pansela) dan Pulau Karimunjawa Jepara.
Untuk menanggulangi dampak abrasi, pihaknya selama ini masih rutin menanam mangrove di titik abrasi yang parah. "Zona tanam mangrove keseluruhannya kisaran 16 ribu hektare," pungkasnya.