Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi program MBG (ANTARA FOTO/Abdan Syakura)

Intinya sih...

  • Program Makan Bergizi Gratis dimulai di Jawa Tengah untuk meningkatkan kualitas gizi anak-anak.
  • Distribusi makanan bergizi dilakukan sesuai peraturan Badan Gizi Nasional dengan pengawasan ketat dari BPOM Surakarta.
  • Dapur MBG Ponpes Nashrul Ummah di Kudus menyuplai bahan baku dari UMKM lokal dan menyediakan menu khusus bagi siswa dengan alergi makanan.

Surakarta, IDN Times - Dalam langkah nyata meningkatkan kualitas gizi anak-anak, program Makan Bergizi Gratis (MBG) dimulai di beberapa kabupaten dan kota di Jawa Tengah. Di antaranya di Kota Solo dan Kabupaten Kudus.

Program tersebut tidak hanya memberikan makanan bergizi kepada ribuan siswa, tetapi juga memastikan keamanan dan mutu pangan melalui pengawasan ketat. 

1. Ada 2.787 siswa menikmati program MBG

Ilustrasi sejumlah murid menyantap makanan bergizi gratis di TK Merpati Banjarsari, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Senin (13/1/2025). (ANTARA FOTO/Adeng Bustomi)

Di Solo, tujuh sekolah dari jenjang PAUD hingga SMA telah melaksanakan MBG. Pada hari pertama pelaksanaan, Senin (13/1/2025), sebanyak 2.787 siswa di kawasan Purwodiningratan mendapatkan menu makanan bergizi berupa nasi putih, sayur sawi dengan tauge, ayam goreng, susu, dan jeruk.

Wali Kota Surakarta, Teguh Prakosa menyampaikan, SMAN 8 Solo menjadi penerima manfaat terbanyak dengan 1.300 siswa. Teguh ikut menjelaskan bahwa distribusi makanan dilakukan sesuai peraturan yang ditetapkan Badan Gizi Nasional (BGN), termasuk jarak maksimal 2 kilometer dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) agar makanan tetap segar.

“Kami memastikan distribusi berjalan baik sesuai jadwal. Untuk sekolah yang menerima makanan sebelum pukul 09.00 WIB, para siswa diimbau tidak sarapan di rumah,” kata Teguh saat meninjau pelaksanaan MBG di SDN Purwodiningratan.

2. Pengawasan ketat BPOM Surakarta

Ilustrasi tumpukan tempat makanan bergizi gratis yang akan dibagikan saat pelaksanaan perdana program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SMKN 1 Mataram di Kota Mataram, NTB, Senin (13/1/2025). (ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi)

Untuk menjamin keamanan pangan, Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Surakarta aktif melakukan pengujian kandungan makanan dalam program MBG. Kepala BPOM Surakarta, Muhammad Fajar Arifin menyebutkan, uji kimia dilakukan untuk mendeteksi zat berbahaya seperti boraks, formalin, metanil yellow, dan rhodamin B, sementara uji mikrobiologi mengidentifikasi bakteri patogen.

“Jika ditemukan indikasi makanan basi atau mengandung zat berbahaya, kami segera berkoordinasi dengan SPPG untuk penggantian makanan. Ini memastikan semua makanan aman untuk siswa,” jelas Fajar.

BPOM juga mengadakan sampling harian di lokasi berbeda untuk memastikan pemerataan pengawasan. Dengan kolaborasi bersama Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia (SPPI), pengujian dilakukan sesuai pedoman teknis yang disepakati.

3. SPPG Ponpes Nashrul Ummah Kudus salurkan 3.263 MBG

Ilustrasi. Siswa menyantap makanan bergizi gratis di SDN 2 Cibungur, Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Senin (13/1/2025). (ANTARA FOTO/Abdan Syakura)

Di Kudus, dapur MBG Ponpes Nashrul Ummah resmi beroperasi pada Senin (11/1/2025). Sebanyak 3.263 siswa di 17 sekolah di Kecamatan Mejobo menerima manfaat program ini. Kepala Dinas Pendidikan Kudus, Harjuna Widada, mengatakan dapur tersebut melayani radius distribusi hingga 2 kilometer, dengan SMP 2 Mejobo sebagai lokasi terjauh.

“Kami memastikan seluruh proses, mulai dari penyimpanan bahan baku, higienitas dapur, hingga pendistribusian berjalan lancar,” ujar Harjuna saat meresmikan dapur MBG bersama Forkopimda Kudus, sebagaimana dilansir Antara.

Kepala Unit Pelayanan SPPG Ponpes Nashrul Ummah, Nuzilul Munawaroh, menambahkan bahwa bahan baku makanan disuplai oleh UMKM lokal, sesuai arahan Presiden. Menu makanan dirancang bervariasi setiap harinya untuk mencegah kejenuhan pada siswa.

“Bagi siswa dengan alergi makanan, kami sudah menyesuaikan menu khusus. Jumlah makanan yang didistribusikan juga berdasarkan laporan kehadiran siswa dari sekolah masing-masing,” jelas Nuzilul.

Editorial Team