Mengenal keberagaman melalui kegiatan Parakan Heritage and Pluralism Trail yang diselenggarakan EIN Institute Semarang. (dok. EIN Institute)
Program kegiatan yang digelar EIN Institute itu antara lain, Pluralism Trail yang mengajak jalan-jalan anak muda usia mahasiswa dari berbagai latar belakang ke suatu tempat dimana di sana ada teladan pluralisme. Mereka di sana bertemu dengan wajah-wajah yang berbeda tapi terjadi pembauran dengan hidup berdampingan secara damai.
‘’Jadi tidak hanya belajar secara teoritis, tapi secara praktis langsung belajar dengan mengunjungi tokoh keberagaman dan datang ke situs-situs atau tempat yang terjadi interaksi pembauran,’’ ujar Ellen.
Kemudian, juga ada program Semai atau Anak Semarang Damai. Kegiatan ini melibatkan anak-anak usia kelas 4--6 SD dari berbagai agama dan mereka dikumpulkan untuk belajar agama tertentu, terutama agama yang jarang diekspos. Mereka diajak berkunjung ke kelenteng, pura, hingga vihara.
‘’Dalam kegiatan tersebut mereka baru tahu kalau ada agama yang selama ini menjadi sasaran prasangka. Misalnya, di kelenteng ada yang bilang tempatnya setan karena ada patung bermuka hitam itu setan. Setelah datang kesana dikasih tahu mereka jadi tahu dan paham. Dari kegiatan ini mereka jadi punya pengalaman berjumpa dengan perbedaan sehingga setelah besar tidak kaget lagi,’’ jelas perempuan berusia 42 tahun itu.
Ada lagi program Belajar Kota Tua di Semarang, pada kegiatan ini generasi muda diajak mengenal Kota Semarang yang memiliki riwayat keberagaman yang panjang. Misal, Kota Lama yang mempunyai wajah Eropa, Pecinan yang sangat kental dengan budaya Tionghoa, dan Pekojan, Kampung Melayu serta Kauman yang kuat dengan tradisi Arab. Adapun, setiap program kegiatan tersebut selalu dibagikan media sosial Instagram EIN Institute di akun @ein_institute.