Ingatan Tasrih kembali ke 10 tahun lalu, Ia menceritakan dahsyatnya erupsi Gunung Merapi pada 2010 silam mengakibatkan rumah-rumah di sekitar tempat tinggalnya rusak, selain itu kediamannya juga tertutup abu tebal. "Rumah tetangga saya rusak, abunya juga tebal sekali menutupi rumah," katanya.
Meski erupsi Merapi kali ini tidak sedahsyat 10 tahun yang lalu, namun Tasrih yang kini tinggal seorang diri memilih mengungsi ke tempat yang lebih aman. "Sebenarnya kalau boleh tinggal di rumah dan menggarap sawah (ladang), tapi ya karena pemerintah meminta mengungsi ya kita manut," katanya.
Meski di tengah aktivitas seismik dan deformasi di tubuh Gunung Merapi yang kian hari semakin meningkat, warga juga masih bekerja menggarap ladang dan mencari rumput untuk pakan ternak merebka. Para pria di Desa Tlogolele masih terlihat di ladang, beberapa terlihat masih mencangkul dan menebar pupuk di ladang yang ditanami sayuran seperti sawi, cabai dan juga sayuran lainnya.
Kamis siang Gunung Merapi terlihat tertutup kabut, meski terlihat tenang warga mengaku merasakan peningkatan gempa dan juga guguran material dari puncak Merapi. "Hari ini saja sudah dua kali terlihat guguran material," kata Slamet (47) warga setempat. Aktivitas gempa dan guguran material Gunung Merapi bukan hal baru bagi masyarakat, meski lazim merasakannya namun kali ini ada rasa kekhawatiran juga. "Getarannya terasa, yang tambah membuat kita khawatir kalau pas terjadi subuh hari saat orang-orang masih tidur," katanya.
Meski masih beraktivitas seperti biasa, namun warga menurutnya juga dalam kondisi siaga, sewaktu-waktu terjadi erupsi besar warga menurutnya telah siap untuk mengungsi.