Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

[FOTO] Pakai Motor Listrik Udara Resik, Bumi Apik, Indonesia Jadi Baik

Anis Ramadhani (27), driver ojek online menunggu mengecas baterai motor listrik melalui Stasiun Penyedia Listrik Umum (SPLU) yang tersedia untuk umum di kantor PLN UP3 Yogyakarta, Gedongkuning, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. (IDN Times/Dhana Kencana)
Anis Ramadhani (27), driver ojek online menunggu mengecas baterai motor listrik melalui Stasiun Penyedia Listrik Umum (SPLU) yang tersedia untuk umum di kantor PLN UP3 Yogyakarta, Gedongkuning, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. (IDN Times/Dhana Kencana)

Pandemik COVID-19 berdampak terhadap sektor perekonomian dan ketenagakerjaan di Indonesia. Salah satunya dirasakan para pekerja informal harian seperti pengemudi (driver) ojek daring (online).

Pendapatan mereka berkurang drastis lantaran minimnya pesanan (order), baik untuk penumpang maupun pengantaran (delivery) makanan sebagai imbas dari pemberlakuan pengetatan mobilitas dan aktivitas masyarakat, seperti PSBB dan PPKM.

Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) melansir dalam risetnya bahwa transaksi driver ojek online (ojol) turun hampir 90 persen lantaran anjloknya orderan mencapai 49--69 persen dibandingkan sebelum COVID-19 melanda.

Salah satu dari mereka yang terdampak adalah Anis Ramadhani. Pria kelahiran Pekalongan, Jawa Tengah itu mengaku, maksimal ia hanya melayani 7 pesanan per hari selama pandemik. Biasanya, sehari bisa mencapai 15 orderan.

Penghasilan Anis bangkit perlahan setelah bertransisi energi (green recovery), dari yang sebelumnya menggunakan motor berbahan bakar minyak berbasis fosil (fossil fuel) kini beralih menggunakan motor listrik.

Ia rela dan berani menjual motor konvensional 150cc kesayangannya yang dimiliki belum genap setahun, demi membeli motor listrik sebagai langkah gaya hidup baru (electrifying lifestyle) yang lebih ramah lingkungan.

Bukannya merosot, pendapatan Anis justru bertambah. Selain itu, kerjanya lebih efektif dan efisien. Bahkan, suami Rini Susilowati (26) itu bisa menabung uang harian hasil dari ojek online karena tidak lagi bingung harus membeli bahan bakar minyak (BBM), menyervis motor untuk ganti oli dan suku cadang (spare part) lainnya.

Anis bersyukur atas keputusannya itu yang dianggap tepat, karena mampu mewujudkan perekonomian yang berkelanjutan untuk keluarganya setelah menggunakan motor listrik yang ramah lingkungan dan nol emisi karbon tersebut untuk bekerja.

1. Baterai motor listrik ini berkapasitas 1,3 kWh. Jadi, biaya per kWh cuma Rp1.497

Anis Ramadhani (27), driver ojek online mengisi token listrik seharga Rp5 ribu yang dibeli melalui aplikasi PLN Mobile, untuk mengisi baterai motor listrik di rumahnya di Kalasan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. (IDN Times/Dhana Kencana)
Anis Ramadhani (27), driver ojek online mengisi token listrik seharga Rp5 ribu yang dibeli melalui aplikasi PLN Mobile, untuk mengisi baterai motor listrik di rumahnya di Kalasan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. (IDN Times/Dhana Kencana)

2. Satu baterai penuh bisa menempuh jarak 60--70 kilometer. Dalam sehari, Anis mengisinya dua kali

Anis Ramadhani (27), driver ojek online mencabut steker dari stopkontak setelah mengisi baterai motor listrik di rumahnya daerah Kalasan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. (IDN Times/Dhana Kencana)
Anis Ramadhani (27), driver ojek online mencabut steker dari stopkontak setelah mengisi baterai motor listrik di rumahnya daerah Kalasan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. (IDN Times/Dhana Kencana)

3. Pastinya, motor listrik lebih hemat karena gak lagi harus mengantre di SPBU untuk mengisi BBM. Biaya konsumsi listrik murah untuk sekali pengisian

Anis Ramadhani (kiri) menghampiri penumpang ojek online di daerah Kalasan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. (IDN Times/Dhana Kencana)
Anis Ramadhani (kiri) menghampiri penumpang ojek online di daerah Kalasan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. (IDN Times/Dhana Kencana)

4. Tarikan atau akselerasi motor listrik lebih spontan sehingga gak perlu lagi harus memutar tuas gas dalam-dalam supaya motor melaju cepat

Anis Ramadhani (27), driver ojek online mengantarkan penumpang ke daerah Sambisari, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta menggunakan motor listrik. (IDN Times/Dhana Kencana)
Anis Ramadhani (27), driver ojek online mengantarkan penumpang ke daerah Sambisari, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta menggunakan motor listrik. (IDN Times/Dhana Kencana)

5. Motor listrik tidak beremisi karbon karena tidak ada knalpot yang mengeluarkan asap. Pastinya, sangat ramah sama lingkungan dan Bumi

Anis Ramadhani (27), driver ojek online mengantarkan penumpang ke daerah Sambisari, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta menggunakan motor listrik. (IDN Times/Dhana Kencana)
Anis Ramadhani (27), driver ojek online mengantarkan penumpang ke daerah Sambisari, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta menggunakan motor listrik. (IDN Times/Dhana Kencana)

6. Karena tanpa gas buang dan nol emisi karbon, motor listrik membuat polusi udara berkurang signifikan. Udara bersih dan menyehatkan

Anis Ramadhani (27), driver ojek online mengecas baterai motor listrik melalui Stasiun Penyedia Listrik Umum (SPLU) yang tersedia untuk umum di kantor PLN UP3 Yogyakarta, Gedongkuning, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. (IDN Times/Dhana Kencana)
Anis Ramadhani (27), driver ojek online mengecas baterai motor listrik melalui Stasiun Penyedia Listrik Umum (SPLU) yang tersedia untuk umum di kantor PLN UP3 Yogyakarta, Gedongkuning, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. (IDN Times/Dhana Kencana)

7. Selain di rumah, pengisian baterai motor listrik juga bisa dilakukan di Stasiun Penyedia Listrik Umum (SPLU) yang tersebar di beberapa titik seperti di kantor PLN ini

Anis Ramadhani (27), driver ojek online menunggu pengisian baterai motor listrik melalui Stasiun Penyedia Listrik Umum (SPLU) yang tersedia untuk umum di kantor PLN UP3 Yogyakarta, Gedongkuning, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. (IDN Times/Dhana Kencana)
Anis Ramadhani (27), driver ojek online menunggu pengisian baterai motor listrik melalui Stasiun Penyedia Listrik Umum (SPLU) yang tersedia untuk umum di kantor PLN UP3 Yogyakarta, Gedongkuning, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. (IDN Times/Dhana Kencana)

8. Motor listrik tidak memerlukan perawatan (servis) rutin kayak motor berbahan bakar minyak pada umumnya. So, gak lagi ganti-ganti oli, kampas rem, atau busi

Anis Ramadhani (27), driver ojek online selesai mengecas baterai motor listrik melalui Stasiun Penyedia Listrik Umum (SPLU) yang tersedia untuk umum di kantor PLN UP3 Yogyakarta, Gedongkuning, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. (IDN Times/Dhana Kencana)
Anis Ramadhani (27), driver ojek online selesai mengecas baterai motor listrik melalui Stasiun Penyedia Listrik Umum (SPLU) yang tersedia untuk umum di kantor PLN UP3 Yogyakarta, Gedongkuning, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. (IDN Times/Dhana Kencana)

9. Pajaknya jauh lebih murah. Coba lihat STNK motor listrik milik Anis ini, cuma Rp50 ribu per tahun. Dia juga menjadi pemilik motor listrik pertama di Jateng

ilustrasi STNK (IDN Times/Dhana Kencana)
ilustrasi STNK (IDN Times/Dhana Kencana)

10. Buat yang belum tahu, sektor transportasi menyumbang 30 persen emisi karbon dioksida (CO2) yang bikin suhu bumi meningkat

Anis Ramadhani (27), driver ojek online mengantarkan pesanan makanan oleh-oleh dari Ngampilan, Daerah Istimewa Yogyakarta menggunakan motor listrik. (IDN Times/Dhana Kencana)
Anis Ramadhani (27), driver ojek online mengantarkan pesanan makanan oleh-oleh dari Ngampilan, Daerah Istimewa Yogyakarta menggunakan motor listrik. (IDN Times/Dhana Kencana)

11. Dari jumlah itu, 88 persennya dari transportasi darat. Salah satunya dari penggunaan BBM yang melepaskan gas rumah kaca (GRK) ke udara

Anis Ramadhani (27), driver ojek online mengantarkan pesanan makanan oleh-oleh ke kawasan Malioboro, Daerah Istimewa Yogyakarta menggunakan motor listrik. (IDN Times/Dhana Kencana)
Anis Ramadhani (27), driver ojek online mengantarkan pesanan makanan oleh-oleh ke kawasan Malioboro, Daerah Istimewa Yogyakarta menggunakan motor listrik. (IDN Times/Dhana Kencana)

12. Emisi satu liter BBM mencapai 2,4 kilogram karbon dioksida. Kalau baterai motor listrik anis berkapasitas 1,3 kWh, emisinya cuma separuhnya, yaitu 1,2 kilogram karbon dioksida

Anis Ramadhani (27), bersiap menjemput penumpang ojek online di kawasan Tugu, Daerah Istimewa Yogyakarta menggunakan motor listrik. (IDN Times/Dhana Kencana)
Anis Ramadhani (27), bersiap menjemput penumpang ojek online di kawasan Tugu, Daerah Istimewa Yogyakarta menggunakan motor listrik. (IDN Times/Dhana Kencana)

Pemerintah menggencarkan program kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB), yang diamanatkan dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) atau battery electric vehicle (BEV). Hal itu bertujuan agar masyarakat bisa menggunakan kendaraan listrik karena tidak beremisi karbon sehingga mendukung pengembangan green transportation (transportasi ramah lingkungan) di Indonesia.

PT PLN (Persero)--sebagai BUMN yang bergerak di bidang kelistrikan--siap menyediakan pasokan listrik dan infrastruktur pendukung untuk KBLBB, seperti Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU), sebagai tempat pengisian daya atau mengecas baterai motor listrik.

"PLN memiliki cadangan daya listrik sebesar 50 persen atau setara 57 Gigawatt (GW). Dengan adanya kebijakan (KBLBB) tersebut diharapkan dapat mendorong pertumbuhan konsumsi listrik lebih baik lagi, khususnya di tengah kondisi cadangan daya listrik PLN yang cukup banyak," ungkap Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN, Bob Saril dilansir laman resmi PLN.

Green transportation menjadi salah satu komitmen pemerintah dalam menanggulangi perubahan iklim (climate change), melalui transisi energi sebagaimana target nol-bersih emisi atau net-zero emissions (NZE) untuk tahun 2060.

Pada peta jalan (roadmap) menuju NZE, pada tahun 2030, sebanyak 2 juta mobil dan 13 juta motor bertenaga listrik diproyeksikan lalu lalang di jalanan Indonesia.

Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), Prof Satryo Soemantri Brodjonegoro yang juga Tim Percepatan Industri KBLBB Nasional menyatakan, sebagian besar transportasi di Indonesia merupakan kendaraan berbahan bakar fosil sehingga menyumbang emisi karbon yang cukup besar. Ia menyebut, kendaraan listrik menjadi solusi atas persoalan tersebut.

“Faktanya, Indonesia menduduki peringkat 11 sebagai negara dengan tingkat polusi udara tertinggi dan hampir 50 persen penyebab polusi adalah kendaraan. Untuk menghemat energi dan mengurangi emisi karbon, dikembangkan KBLBB,” ucapnya saat webinar Science, Technology, Engineering, and Math yang diadakan Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang, Sabtu (18/9/2021).

Penggunaan motor listrik secara tidak langsung merupakan wujud Anis mencintai Tanah Air (NKRI). Sebab, keputusannya menjual motor konvensional (berbahan bakar minyak) dan membeli motor listrik menjadi ikhtiar kecil dalam menjaga lingkungan dan Bumi untuk anak cucu kelak. So, yakin gak mau hijrah ke motor listrik? 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dhana Kencana
EditorDhana Kencana
Follow Us