Pandemik COVID-19 berdampak terhadap sektor perekonomian dan ketenagakerjaan di Indonesia. Salah satunya dirasakan para pekerja informal harian seperti pengemudi (driver) ojek daring (online).
Pendapatan mereka berkurang drastis lantaran minimnya pesanan (order), baik untuk penumpang maupun pengantaran (delivery) makanan sebagai imbas dari pemberlakuan pengetatan mobilitas dan aktivitas masyarakat, seperti PSBB dan PPKM.
Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) melansir dalam risetnya bahwa transaksi driver ojek online (ojol) turun hampir 90 persen lantaran anjloknya orderan mencapai 49--69 persen dibandingkan sebelum COVID-19 melanda.
Salah satu dari mereka yang terdampak adalah Anis Ramadhani. Pria kelahiran Pekalongan, Jawa Tengah itu mengaku, maksimal ia hanya melayani 7 pesanan per hari selama pandemik. Biasanya, sehari bisa mencapai 15 orderan.
Penghasilan Anis bangkit perlahan setelah bertransisi energi (green recovery), dari yang sebelumnya menggunakan motor berbahan bakar minyak berbasis fosil (fossil fuel) kini beralih menggunakan motor listrik.
Ia rela dan berani menjual motor konvensional 150cc kesayangannya yang dimiliki belum genap setahun, demi membeli motor listrik sebagai langkah gaya hidup baru (electrifying lifestyle) yang lebih ramah lingkungan.
Bukannya merosot, pendapatan Anis justru bertambah. Selain itu, kerjanya lebih efektif dan efisien. Bahkan, suami Rini Susilowati (26) itu bisa menabung uang harian hasil dari ojek online karena tidak lagi bingung harus membeli bahan bakar minyak (BBM), menyervis motor untuk ganti oli dan suku cadang (spare part) lainnya.
Anis bersyukur atas keputusannya itu yang dianggap tepat, karena mampu mewujudkan perekonomian yang berkelanjutan untuk keluarganya setelah menggunakan motor listrik yang ramah lingkungan dan nol emisi karbon tersebut untuk bekerja.