Semarang, IDN Times - Batik telah menjadi warisan budaya Indonesia, yang keberadaannya sudah mendapat pengakuan dari badan dunia Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO). Untuk memperingatinya, Indonesia menetapkan tanggal 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional.
Ada banyak macam dan ragam motif batik di Indonesia. Di antaranya adalah batik bermotif Semarangan karya sanggar batik Semarang 16, yang terletak di kawasan Meteseh, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang. Produk batik yang dihasilkan adalah cap, tulis, dan kombinasi keduanya, dengan rata-rata produksi mencapai 50 kain per bulan.
Sejak tahun 2005 hingga Oktober 2022, Usaha Kecil Menengah (UKM) tersebut berhasil membuat lebih dari 219 batik motif khas Kota Semarang. Seperti motif batik ikon atau lanskap Kota Semarang (Lawangsewu, Gereja Blendoek, Tugu Muda, Klenteng Sam Po Kong), flora dan fauna asli Semarang (asem gede, blekok srondol, burung belibis, burung merak), dan kuliner khas Kota Semarang (bandeng presto, tahu gimbal, lunpia, ganjel rel, wingko babat, tahu pong, moci). Motif-motif batik tersebut sengaja dikembangkan oleh sang pendiri, Umi S Adi Susilo, sebagai jalan untuk melestarikan budaya setempat melalui batik.
Batik tulis menjadi produk andalan sanggar batik Semarang 16 yang banyak diminati karena kualitas dan warnanya yang baik. Salah satu upaya agar terus konsisten menghasilkan produk batik tulis unggulan adalah dengan menjaga proses produksi dari hulu hingga hilir dengan benar dan cermat. Sebab, dalam membuat batik tulis bak membuat sebuah karya seni bernilai tinggi.
Energi listrik dari PT PLN (Persero) mendukung produksi dan distribusi batik tulis di sanggar batik Semarang 16. Pasalnya, aktivitas-aktivitas tersebut sebagian besar telah menggunakan energi listrik (electrifying lifestyle). Antara lain pemakaian kompor listrik batik untuk mencanting dan penggunaan motor listrik untuk pemasaran serta pengantaran (delivery) produk batik.