Ketua RT Sewakul Purbo saat memberi pertanyaan atas penolakan jenazah perawat dari RSUP Kariadi. (Dok PPNI Jateng)
Ganjar juga sempat menelpon salah satu warga Sewakul bernama Sutiyadi. Menurut informasi, Sutiyadi adalah perwakilan RT yang menolak pemakaman.
Kepada Ganjar, Sutiyadi membenarkan penolakan itu terjadi karena tidak adanya informasi yang transparan di lapangan. Kalau ada informasi dan masyarakat mendapat pengarahan, tentu tidak akan terjadi.
"Itu miskomunikasi saja pak. Saya mewakili warga meminta maaf yang sebesar-besarnya terkait hal ini. Kalau ada informasi yang benar, kami pasti tidak akan menolak," kata Sutiyadi.
Sutiyadi menerangkan, selain komunikasi yang tidak jelas, informasi yang beredar di masyarakat juga berseliweran. Di tengah kebingungan itu, warga dikejutkan dengan datangnya petugas pemadam kebakaran lengkap dengan peralatannya.
"Ke depan, kami berjanji tidak akan menolak jenazah lagi. Kami meminta maaf terkait kejadian ini," tutupnya.
Jenazah akhirnya dikebumikan di pemakaman keluarga di belakang RSUP dr Kariadi Semarang, karena yang bersangkutan semasa hidup merupakan karyawan di RS tersebut.
Ganjar berharap kejadian ini menjadi pelajaran semua pihak, baik rumah sakit, keluarga dan pemerintah dalam mengevaluasi protokol dalam penanganan jenazah covid-19.
"Sebenarnya masyarakat Jateng tidak seperti itu. Mestinya harus ada komunikasi yang jujur dan baik. Rumah sakit, keluarga harus jujur dengan kondisi jenazah. Atas kejadian ini, saya sebagai Gubernur meminta maaf dan berharap kejadian ini menjadi yang terakhir," katanya.