Ilustrasi Proses pemakaman salah satu jenazah COVID-19 (IDN Times/Aldila Muharma-Fiqih Damarjati)
Pihak keluarganya ikut cemas merasakan kondisi yang dialami Ayah Adit. Apalagi ketika sang Ayah dirawat, tak boleh dijenguk oleh siapapun termasuk keluarga inti.
Tak lama kemudian pihak rumah sakit mengabari jika ayahnya dinyatakan meninggal dunia pada 10 November 2020 pukul 21.30 WIB. Ia mulai merasakan kejanggalan saat proses pemulasaraan Ayahnya berlangsung dari rumah sakit.
Setelah jenazah ayahnya dimandikan, oleh beberapa petugas rumah sakit mengantar jenazah ke lokasi pemakaman. Adit melihat dengan mata kepala sendiri selama perjalanan, sopir ambulans dan petugas keamanan yang mengantar jenazah sama sekali tidak memakai alat pelindung diri (APD) sebagaimana standar protokol kesehatan COVID-19, seperti memakai baju hazmat dan sarung tangan.
"Saya tahu betul mereka hanya pakai seragam biasa. Yang ngangkat peti sampai menurunkan ke liang lahat yang melakukan dari pihak keluarga. Kita sekeluarga ikut prosesi pemakaman dengan pakai masker," jelasnya.
Ia menduga kematian ayahnya akibat respon dari Dinas Kesehatan setempat yang lambat. Proses tracking dan tracing juga tidak maksimal. Hal itu ia alami karena penelusuran kontak fisik baru dilakukan setelah ia pindah dari rumah dinas. Padahal dirinya sudah dirawat beberapa hari sebelumnya.
"Respon terlambat, sudah pindah rumdin, tracking keluarga baru dilakukan Dinkes. Akhirnya hasil tracking keluarga non reaktif, diminta untuk karantina mandiri di rumah," jelas Adit.
Pemerintah melalui Satuan Tugas Penanganan COVID-19, menggelar kampanye 3 M : Gunakan Masker, Menghindari Kerumunan atau jaga jarak fisik dan rajin Mencuci tangan dengan air sabun yang mengalir. Jika protokol kesehatan ini dilakukan dengan disiplin, diharapkan dapat memutus mata rantai penularan virus. Menjalankan gaya hidup 3 M, akan melindungi diri sendiri dan orang di sekitar kita. Ikuti informasi penting dan terkini soal COVID-19 di situs covid19.go.id dan IDN Times.