Semarang, IDN Times - Tindakan guru besar Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto yang diduga terlibat pelecehan seksual terhadap mahasiswinya dikecam sejumlah kalangan. Bahkan, sejumlah anggota DPRD Jawa Tengah menyebut tindakan guru besar Unsoed merupakan bukti degradasi moral yang telah terjadi di lingkungan kampus.
Guru Besar Unsoed Terlibat Pelecehan Seksual, DPRD Jateng Minta Sanksi Tegas

Intinya sih...
Pelaku pelecehan seksual di Unsoed harus dipecat secara permanen
Kasus ini menunjukkan degradasi moral di kalangan tenaga pendidik
Korban perlu mendapat pendampingan mental, psikologis, dan sosial agar tidak gagal menyelesaikan pendidikan
1. Pelaku pelecehan seksual di Unsoed musti dipecat
Ketua Komisi E DPRD Jawa Tengah, Messy Widiastuti mengungkapkan semestinya guru besar yang menjadi terduga pelaku pelecehan seksual secepatnya dipecat secara permanen.
Sebab, sanksi administratif saja tidak cukup untuk memberi efek jera.
“Harus ada sanksi tegas. Kalau perlu, dipecat saja dan tidak diberi kesempatan lagi jadi guru. Kalau tidak, kasus seperti ini bisa terjadi lagi. Kita butuh guru bermoral baik, agar generasi berikutnya yang menggantikan mereka juga bermoral baik," ujar politikus PDIP ini kepada, Selasa (5/8/2025).
2. Messy: Ini menunjukkan degradasi moral
Lebih lanjut lagi, kasus pelecehan seksual di lingkungan perguruan tinggi swasta maupun negeri bukanlah hal baru. Ia kerap mendapat kabar bahwa aksi pelecehan seksual di kampus sering terjadi.
Namun adanya kasus pelecehan seksual yang melibatkan guru besar Unsoed justru menjadi bukti nyata kalau degradasi moral telah muncul di kalangan tenaga pendidik.
“Ini menunjukkan degradasi moral. Guru itu seharusnya gugu lan ditiru menjadi panutan, bukan pelaku tindakan yang mencederai martabat pendidikan. Maka, perlu ada pembinaan. Seorang dosen, rektor, atau siapa pun di dunia akademik seharusnya tidak memiliki pola pikir yang mendorong terjadinya pelecehan terhadap mahasiswinya,” ujar Messy.
Ia menegaskan siapa pun yang ingin menjadi tenaga pendidik di kampus harus melalui proses seleksi moral yang ketat. Evaluasi berkala dan sanksi tegas terhadap pelanggaran, termasuk pelecehan seksual, harus diterapkan agar kasus serupa tidak kembali terjadi.
“Harus ditekankan, kalau ingin jadi guru atau dosen, harus punya moral yang baik. Harus ada evaluasi. Kalau sudah seperti ini, perlu diberi punishment tegas, tidak layak lagi mengajar. Supaya jadi pelajaran, dan tidak terulang,” urainya.
3. Korban perlu mendapat pendampingan mental
Tak hanya fokus pada sanksi, pihaknya juga meminta agar korban mendapat pendampingan mental, psikologis, dan sosial. Tanpa dukungan yang memadai, korban rawan mengalami tekanan berat hingga berisiko gagal menyelesaikan pendidikan.
“Kalau tidak didampingi, korban bisa stres, tidak menyelesaikan skripsi, akhirnya gagal sarjana," paparnya.
Ia khawatir jika pendampingan mental tidak diberikan kepada korban pelecehan seksual, maka berpotensi berdampak pada masa depan si korban.
"Karena itu, lingkungan terdekat kampus, dosen, dan teman-temannya harus aktif menciptakan ruang aman dan saling mendukung. Kalau tidak ditangani dengan serius, dampaknya bukan hanya hari ini, tapi juga masa depan korban bisa hancur,” urainya.
Seperti diberitakan sebelumnya, dugaan kasus kekerasan seksual di lingkungan Unsoed memunculkan reaksi dan keprihatinan dari berbagai kalangan. Tidak hanya publik umum, civitas akademika hingga tokoh masyarakat menyuarakan kepeduliannya atas peristiwa yang disebut-sebut terjadi di dalam institusi pendidikan tinggi negeri tersebut.
Menanggapi dinamika itu, pihak rektorat Unsoed melalui juru bicaranya, Prof Dr Mite Setiansah, memberikan klarifikasi resmi. Ia menyampaikan bahwa kampus menyambut baik perhatian besar publik terhadap kasus ini, sekaligus menegaskan komitmen penuh Unsoed untuk menanganinya secara serius, adil, dan sesuai dengan mekanisme yang berlaku.
“Kami menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada masyarakat, civitas akademika, maupun media yang telah memberikan perhatian dan dukungan agar kasus ini dapat diselesaikan sebaik-baiknya,” ungkap Mite yang diterima IDN Times, Sabtu (26/7/2025).