Sukoharjo, IDN Times – Ketua DPD Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Soloraya terpilih, Haryanta mengatakan sebanyak 90 persen produk anggota HIMKI Soloraya telah menembus pasar ekspor. Tak hanya industri mebel besar, tetapi juga industri mebel menengah.
UMKM Mebel Soloraya Sering Kesulitan Layani Pesanan Besar, Didorong Pakai Teknologi

1. Adopsi penggunaan teknologi untuk meningkatkan produksi
Haryanto yang kembali terpilih sebagai Ketua HIMKI Soloraya periode 2025-2028 mengatakan pentingnya adopsi teknologi canggih dalam proses produksi agar pelaku usaha dapat bertahan menghadapi dinamika global, termasuk perubahan tarif perdagangan internasional.
“Kita harus mengedepankan potensi dan mulai masuk ke teknologi. Anggota kita ada dari skala besar, menengah, hingga kecil. Yang menengah dan kecil ini masih banyak yang belum menggunakan teknologi. Padahal kalau ingin produktivitas meningkat dan harga kompetitif, teknologi itu kunci,” ujarnya usai kegiatan Kegiatan musyawarah daerah (Musda) ke-III DPD HIMKI Soloraya digelar di Grand Mercure Solo Baru, Selasa (21//10/2025).
Haryanta optimistis kinerja ekspor mebel semakin moncer dengan dorongan pemerintah pada 2026. Dia berharap pemintaan pasar global melonjak meski banyak tantangan yang harus dihadapi seperti tarif impor resiprokal yang ditetapkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
2. Sering kesulitan jika mendapat pesanan besar
Dorongan terhadap teknologi tersebut merupakan salah satu program kerjanya ke depan. Diharapkan pelaku industri mebel mampu memperkuat daya saing industri lokal, terutama pelaku usaha kecil dan menengah di wilayah Solo Raya melalui teknologi.
Dari total 140 anggota HIMKI Soloraya, baru sekitar 20 persen yang sudah menggunakan teknologi modern dalam proses produksinya. Ia menargetkan angka itu bisa meningkat signifikan dalam tiga tahun ke depan melalui program pelatihan, akses pembiayaan, dan kemitraan dengan penyedia teknologi industri.
“Seringkali teman-teman UMKM ikut pameran, dapat pesanan, tapi realisasinya lama. Kalau sudah pakai teknologi dan mesin modern, produksi bisa lebih cepat dan tepat waktu. Itu akan meningkatkan kepercayaan pasar,” jelasnya.
3. Bekerjasama dengan luar negeri
Haryanta mengatakan telah menjalin kerja sama dengan sejumlah importir dari Tiongkok untuk membantu anggotanya mendapatkan akses mesin produksi berteknologi modern.
“Kita sudah mulai impor mesin untuk anggota agar bisa transformasi ke arah digital. Produksi harus digenjot, jangan cuma pameran,” tambahnya.
Terkait dukungan pemerintah, Haryanto mengapresiasi program restrukturisasi pembelian mesin dari Kementrian Perindustria, namun berhadap adanya skema insentif yang lebih proposionla bagi pelaku usaha kecil dan menengah.
“Diskon atau restrukturisasi mesin seharusnya dibedakan antara usaha besar dan kecil. Misalnya yang omzet di bawah Rp10 miliar dapat potongan tertentu, dan yang di bawah Rp4 miliar dapat restrukturisasi lebih besar. Saat ini kebijakannya masih sama,” pungkasnya.