Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Gambar WhatsApp 2025-06-05 pukul 12.56.34_7ec906a4.jpg
Patung Kuda di Simpang Siaga yang merupakan salah satu landmark di Kabupaten Boyolali. (IDN Times/Bandot Arywono)

Boyolali, IDN Times - Kabupaten Boyolali memperingati Hari Jadi ke-178 pada hari ini Kamis, (5/6/2025). Tanggal 5 Juni merupakan hari pembentukan resmi kabupaten Boyolali berdasarkan Surat Perjanjian Dalem Nota.

1. Sejarah berdirinya Kabupaten Boyolali

Patung Susu Murni yang merupakan salah satu landmark di Kabupaten Boyolali. (IDN Times/Bandot Arywono)

Kabupaten Boyolali secara administratif didirikan pada tahun 1847 pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Wilayah Boyolali awalnya menjadi bagian dari Kasunanan Surakarta, namun secara administratif dikelola oleh pemerintah kolonial sebagai bagian dari karesidenan.

Penetapan Hari Jadi Kabupaten Boyolali adalah 5 Juni 1847, berdasarkan surat keputusan resmi pemerintah kolonial Belanda.

Mengutip website resmi Kabupaten Boyolali, hari jadi Kabupaten Boyolali ditetapkan pada tanggal 5 Juni 1847. Sebagai dasar penetapannya adalah Surat Perjanjian Dalem Nota “Dinten Setu Wage Kaping 21 Jumadil Akhir, Dhal. 1775, Dhukut, Sedha” atau Staatblad 1847 tanggal 5 juni 1847 Nomor : 30.

Dengan dasar tersebut kemudian dibuat Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Boyolali No : 3 Tahun 1982 tentang sejarah dan hari jadi Kabupaten Boyolali dan diundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Boyolali Nomor 5 tanggal 22 Maret 1982 Seri D Nomor 3.

2. Memiliki sumber daya alam yang kaya dengan wilayah yang subur

Kantor Bupati Boyolali dihias mempercantik diri jelang HUT Boyolali ke 176. (IDN Times/Bandot Arywono)

Di masa kolonial Belanda, Boyolali merupakan wilayah agraris dengan banyak desa pertanian dan masyarakat petani. Perkebunan dan sistem tanam paksa juga pernah diterapkan di wilayah ini. Di masa revolusi perang kemerdekaan, Boyolali turut berperan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, termasuk menjadi basis gerilya beberapa tokoh dan pasukan rakyat.

Setelah kemerdekaan RI, Kabupaten Boyolali berkembang menjadi pusat pertanian, peternakan terutama sapi perah dan juga industri kecil-menengah. Kabupaten Boyolali juga terdapat industri textil dengan ribuan tenaga kerja yang menjadi salah satu penopang perekonomian di Boyolali.

Kabupaten Boyolali memiliki luas wilayah 101.510,20 Ha dan terdiri atas 22 kecamatan, 6 kelurahan, dan 261 desa. Secara topograffi wilayah Kabupaten Boyolali merupakan wilayah dataran rendah dengan perbukitan dan pegunungan,berada pada ketinggian rata-rata 700 meter di atas permukaan laut. Titik tertinggi berada pada 1.500 meter yaitu di Kecamatan Selo dan terendah pada 75 meter di Kecamatan Banyudono.

Boyolali terletak di antara dua gunung besar yakni Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Hal ini menjadikan Boyolali kaya akan sumber daya alam dan lahan pertanian yang subur.

3. Asal mula penamaan Boyolali

Pintu tol Ngemplak, Boyolali. (IDN Times/Larasati Rey)

Boyolali merupakan daerah penghasil susu sapi dan daging sapi di Jawa Tengah, kota ini mempunyai julukan New Zealand Van Java atau Selandia Baru dari Jawa yang juga lazim disebut kota susu.

Asal mula nama Boyolali menurut cerita serat Babad Pengging Serat Mataram, nama Boyolali tak disebutkan. Demikian juga pada masa Kerajaan Demak Bintoro maupun Kerajaan Pengging, nama Boyolali belum dikenal. Menurut legenda nama Boyolali berhubungan dengan ceritera Ki Ageng Pandan Arang yang merupakan Bupati Semarang pada abad XVI. Diceritakan Ki Ageng Pandan Arang diutus Sunan Kalijogo menuju ke Gunung Jabalakat di Tembayat Klaten untuk syiar agama Islam.

Dalam perjalananannya dari Semarang menuju Tembayat Ki Ageng banyak menemui rintangan sebagai ujian. Ki Ageng berjalan cukup jauh meninggalkan anak dan istri. Dalam perjalanannya Ki Ageng Pandan Arang berjalan lebih dulu semakin meninggalkan anak dan istri. Sambil menunggu mereka, Ki Ageng Beristirahat di sebuah Batu Besar yang berada di tengah sungai.

Dalam istirahatnya Ki Ageng Berucap “ BAYAWIS LALI WONG IKI” yang dalam bahasa indonesia artinya “Sudah lupakah orang ini”. Dari kata Baya Wis Lali maka jadilah nama Boyolali. Batu besar yang berada di Kali Pepe yang membelah kota Boyolali diperkirakan menjadi tempat beristirahat Ki Ageng Pandan Arang.

Ketika Nyai Ageng sampai ditempat batu besar tersebut, Ki Ageng sudah melanjutkan perjalanan. Sedang Nyai Ageng berkata “Kyai Boya wis lali aku, teko ninggal wae.” Tempat itu kemudian disebut Boyolali.

4. Rangkaian kegiatan dalam rangka HUT ke 178 Kabupaten Boyolali

Pasangan bakal calon Bupati dan Wakil Bupati Boyolali, Agus Irawan-Dwi Fajar Nirwana mendaftar di Kantor KPU Boyolali, Rabu (28/8/2024). (Captured Youtube KPU Boyolali)

Sementara itu dalam rangka HUT ke-178 Boyolali, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali menggelar ziarah ke Makam Ki Ageng Pandanaran yang bertempat di bukit Jabalkat atau tepatnya di wilayah Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Senin (02/06/2025).

Bupati Boyolali, Agus Irawan bersama dengan Wakil Bupati (Wabup) Boyolali, Dwi Fajar Nirwana; Ketua TP PKK Kabupaten Boyolali, Dita Agus Irawan; Kapolres Boyolali, AKBP Rosyid Hartanto beserta jajaran pejabat di lingkungan Pemkab Boyolali berziarah ke makam tersebut.

Bupati Agus menyampaikan kegiatan tersebut merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada Ki Ageng Pandanaran yang dilakukan rutin setiap tahun. "Dalam sejarah nama Boyolali memang tidak bisa lepas dari Ki Ageng Pandanaran. Bahwa nama Boyolali muncul di salah satu perjalanan Ki Ageng Pandanaran yang kebetulan melakukan perjalanan ke Jabalkat bersama istri dan anak," ungkap Agus.

Rangkaian peringatan Hari Jadi Kabupaten Boyolali Ke-178 akan dilanjutkan dengan agenda Khataman Al Quran, Niti Tilas dan Penyalaan Obor pada Rabu (04/06/2025) di Simpang Siaga Boyolali. Puncaknya akan digelar Kirab Budaya pada Kamis (05/06/2025) yang dipusatkan di sepanjang jalan mulai dari Rumah Dinas Bupati Boyolali hingga di Alun Alun Kidul Kabupaten Boyolali.

Perayaan HUT ke-178 Boyolali tak hanya di satu lokasi jantung kota. Akan ada kegiatan seperti di Selo, Karanggede, Waduk Cengklik Ngemplak, dan Gladagsari.

Ia mencontohkan akan ada Boyolali City Light dan Selo Art Fest di Kecamatan Selo pada 2-30 Juni 2025. Lalu Sedekah Gunung Merapi di Selo pada 26-27 Juni 2025. Kemudian di Karanggede ada pesta rakyat pada 9 Juni 2025. Di Waduk Cengklik ada bakti sosial, di Gladagsari ada Merbabu Art Fest pada 14 Juni 2025.

Editorial Team