Boyolali, IDN Times - “Saya ajak kegiatan di sini biar anak saya tidak diejek lagi,” ucap Martuti lirih kepada IDN Times.
Kalimat itu menggema di tengah riuh suara air pompa hidroponik. Bagi sebagian orang, disabilitas dianggap kutukan. Tapi bagi Martuti, perempuan asal Dukuh Keposong, Tamansari, Boyolali, Jawa Tengah anaknya adalah anugerah yang tak boleh disembunyikan. Ia memilih melawan stigma dengan cara paling lembut yakni menanam.
Bagas Supriyanto (21), anak tunanetra yang ia besarkan sendirian, kini menjadi bagian dari Sekolah Tani Rakyat di Pandawa Patra, program pertanian terpadu itu kolaborasi dengan Pertamina Patra Niaga Jawa Bagian Tengah.
