Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_20250908_151720.jpg
Jajarannya manajemen RSI Sultan Agung Semarang bertemu beberapa petugas di depan IGD. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Intinya sih...

  • IDI jelas lindungi dan bela dokter Astra

  • IDI Jateng ungkap kronologi pemukulan terhadap dokter Astra

  • Sikap pelaku salahi etika dan tata krama

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Semarang, IDN Times - Seorang dokter spesialis anestesi RSI Sultan Agung Semarang bernama Astra memutuskan melaporkan tindakan pemukulan yang dilakukan dosen Fakultas Hukum (FH) Unissula, Dias Saktiawan ke Polda Jawa Tengah

Proses pelaporan didampingi pengurus Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Tengah. Ketua IDI Jateng, dr Telogo Wismo Agung Dumanto mengatakan laporan ke Polda Jawa Tengah dilakukan Jumat (12/9/2025) siang. 

"Bakda Jumat siang kemarin dokter Astra melakukan pelaporan di Polda. Kami dari IDI wilayah (Jawa Tengah) membantu dan membela dokter Astra. Peran kita mendampingi IDI cabang (Semarang) karena dokter Astra jadi anggotanya," ujarnya saat ditemui IDN Times di RSUP dr Kariadi Semarang, Sabtu (13/9/2025). 

1. IDI jelas lindungi dan bela dokter Astra

ilustrasi penganiayaan. (pexels.com/mart)

Proses pelaporan yang dilakukan dokter Astra kemudian direspon Pengurus Besar (PB) IDI untuk kemudian diteruskan ke Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (Perdatin). 

Dokter Tewe, sapaan akrabnya memastikan IDI tetap melindungi sekaligus membela dokter Astra yang jadi korban pemukulan. Apalagi kasus pemukulan itu terjadi ketika dokter Astra sedang praktek di RSI Sultan Agung. 

"Sikap kita jelas melindungi dan membela beliau. IDI Jateng tentu juga mendampingi. Kami juga bantu dari kuasa hukum. Secara formal laporannya sudah resmi masuk ke Polda Jateng," terang dokter Tewe. 

2. IDI Jateng ungkap kronologi pemukulan terhadap dokter Astra

Seorang wartawati berjalan kaki melewati akses jalan IGD RSI Sultan Agung Semarang. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Meski begitu, pihaknya belum mengetahui jenis delik aduan yang dilaporkan ke Polda termasuk apakah berkaitan dengan pemukulan atau penganiayaan. "Kami sedang minta konfirmasi ke tim kuasa hukum mengenai delik hukum di Polda," akunya. 

Secara khusus pihaknya mengaku prihatin kasus kekerasan dialami dokter Astra saat berpraktik di RSI Sultan Agung. 

Ia menceritakan bahwa setelah aksi pemukulan terjadi di ruang bersalin RSI, Astra tetap melanjutkan pemberian tindakan ke pasien yang notabene istri dari Dias. 

Sebagai dokter anestesi, katanya tugas Astra waktu itu memberikan tindakan penghilangan rasa nyeri pada pasien yang sudah disarankan untuk melahirkan normal. 

"Waktu kejadian, dia tetap melakukan tindakan anestesi. Padahal dia berhak menolak melakukan tindakan ke pasien karena diatur sesuai undang undang (UU Kesehatan)," tegasnya. 

3. Sikap pelaku salahi etika dan tata krama

Deretan keluarga pasien menunggu antrean di IGD RSI Sultan Agung Semarang. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Tindakan Dias Saktiawan yang memukul dokter Astra sangat disayangkan karena yang bersangkutan merupakan dosen yang semestinya punya tanggung jawab moral untuk menjadi contoh bagi mahasiswa. 

"Kami tentu prihatin dengan kekerasan yang dilakukan dokter. Kami juga menyesalkan kejadian di RSI bahwa pelaku yang seorang dosen mestinya punya tanggung jawab moral sekaligus contoh buat para mahasiswanya. Jelas sikap pelaku menyalahi dari segi etika dan tata krama," papar dokter yang lama bertugas di Godong Grobogan ini. 

4. IDI Jateng: Pelaku tidak minta maaf

RSI Sultan Agung Semarang. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Lebih jauh, pelaporan kasus pemukulan tersebut setidaknya jadi pelajaran dan efek jera bagi Dias. Sebab sampai sekarang pihaknya belum mendapat permintaan maaf dari yang bersangkutan. 

"Makanya, kami kecam dengan sangat karena tidak ada permintaan maaf dari pelaku. Ini ya kebangetan," tuturnya. 

5. Manajemen RSI Sultan Agung ikut dampingi dokter Astra

Direktur Pelayanan Medik RSI Sultan Agung Semarang, dr Mohamad Arif. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Direktur Pendidikan, Pelatihan dan Promosi Kesehatan RSI Sultan Agung Semarang, dr Mohamad Arif, Sp.PD ditemui terpisah turut memberikan pendampingan bagi dokter Astra. 

Selain itu pihaknya sempat membuka ruang komunikasi agar penyelesaian berjalan dengan damai. "Kami ajak masyarakat baik itu tenaga kesehatan untuk menghadirkan ruang aman. Kami juga bertemu pengurus yayasan agar dapat titik temu supaya pelayanan RSI berjalan dengan baik," ujarnya. 

Lebih lanjut pihaknya prihatin dengan aksi kekerasan yang dialami dokternya. Terlebih lagi tiap nakes di RSI Sultan Agung tak pernah membedakan pasien satu dengan lainnya. 

"Kami tidak membeda-bedakan pasien. Kami menegaskan tenaga kesehatan dan pasien jadi prioritas kami. Sejatinya pelayanan kesehatan didasari saling menghormati dan kolaborasi. Saat ini melihat dinamika yang terjadi saat ini, kami lakukan langkah internal dengan berkoordinasi dengan komite medik," ungkapnya.

Editorial Team