Sudah Lebih dari Sebulan Jalur Pantura Semarang Demak Terendam Rob, Solusi Pemerintah: Bangun Tanggul Laut sampai Jalan Tol

Intinya sih...
Jalur Pantura Semarang-Demak terendam rob lebih dari sebulan, menciptakan kondisi licin dan rawan kecelakaan.
BPBD Kabupaten Demak bersama Pusdataru Jateng mengoperasikan mobile pump untuk mengalirkan air hujan, namun tidak menangani rob laut.
Pemerintah membangun tanggul laut terpadu dan dua kolam retensi raksasa sebagai solusi jangka panjang, dengan target penyelesaian September 2026.
Demak, IDN Times - Jalan nasional Pantura yang menghubungkan Semarang dan Demak menjadi sorotan. Sudah lebih dari sebulan, kawasan tersebut—tepatnya di Kecamatan Sayung—terendam rob tanpa jeda.
Genangan air laut setinggi 30 sentimeter (cm) membuat jalan berubah menjadi kubangan yang licin dan rawan kecelakaan. Bahkan, beberapa ruas jalan kini ditumbuhi lumut sehingga membuat kendaraan harus ekstra hati-hati melintas.
Kondisi tersebut tidak hanya mengganggu kenyamanan, tapi juga memperparah kemacetan, apalagi saat jam sibuk kerja. Kendaraan berebut jalur yang airnya sedikit lebih dangkal. Tidak jarang, pengendara harus saling tunggu karena sempitnya ruang gerak.
1. Gubernur Jateng klaim punya solusi permanen
BPBD Kabupaten Demak bersama Pusdataru Jateng telah mengoperasikan dua mobile pump di pintu air Sayung Kulon dan rumah pompa di Sungai Pendilan serta Sungai Penceng. Namun, fungsi pompa tersebut terbatas hanya untuk mengalirkan air hujan dari hulu, bukan menangani rob dari laut.
Menanggapi kondisi itu, Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi mengeklaim tidak tinggal diam. Salah satu solusi jangka panjang yang sedang digarap adalah pembangunan tanggul laut terpadu, bersamaan dengan proyek tol Semarang Demak.
“Insyaallah Januari 2026 nanti tanggul laut sudah fungsional, meski belum bisa langsung operasional penuh,” jelas Luthfi.
Tanggul tersebut, imbuh Luthfi, diharapkan dapat menjadi pelindung utama infrastruktur dan permukiman pesisir dari ancaman rob yang makin sering terjadi.
2. Kolam retensi dan jalan tol jadi senjata utama
Selain tanggul laut, pemerintah juga membangun dua kolam retensi raksasa di Terboyo dan Sriwulan. Proyek itu dipimpin oleh Dadang Ismu Hardianto dari Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional.
“Kolam retensi Terboyo luasnya hampir 189 hektare dengan daya tampung 6 juta meter kubik. Sementara Sriwulan 28 hektare, bisa menampung 1,2 juta meter kubik air,” jelas Dadang.
Masing-masing kolam akan dilengkapi rumah pompa dengan enam mesin besar bertenaga 5.000 liter per detik dan dua pompa kecil berkekuatan 500 liter per detik. Teknisnya, air dari jalan dan saluran drainase akan dialirkan ke kolam dan kemudian dipompa ke laut.
Per Juni 2025, progres pembangunan kolam retensi tersebut baru mencapai 27 persen. Target penyelesaiannya adalah September 2026, dengan catatan pembebasan lahan rampung sebelum akhir 2025.
“Kalau lahan selesai dibebaskan Desember 2025 ini, kita optimis bisa selesai tepat waktu,” tambah Dadang.
3. Tol Seksi 1 difungsikan sebagai tanggul laut
Jalan Tol Semarang Demak Seksi 1 ternyata akan difungsikan untuk peran ganda. Selain sebagai penghubung logistik, tol sepanjang 10,6 km itu dibangun dengan desain tanggul laut sepanjang 6,7 km untuk meredam rob.
Menurut Kepala Satker Tol Semarang Demak, Wandi Saputra, proyek itu menelan biaya Rp10,9 triliun dan ditargetkan rampung pada 2027.
“Sekarang progres keseluruhan sudah 42,81 persen. Seksi 1A sudah 63,75 persen, 1B—yang jadi tanggul laut—41,55 persen, dan 1C yang membangun kolam retensi baru 26,79 persen,” ungkap Wandi dilansir laman resmi Pemprov Jateng, Minggu (8/6/2025).
4. BMKG: Rob masih berlangsung hingga 21 Juni 2025
Sementara pemerintah merencanakan pembangunan, di sisi lain, BMKG mengeluarkan peringatan dini mengenai banjir pesisir yang diperkirakan masih akan terjadi hingga 21 Juni 2025. Direktur Meteorologi Maritim BMKG, Eko Prasetyo menyebutkan, penyebab utama adalah fase Bulan Purnama yang jatuh pada 11 Juni 2025.
“Banjir rob ini berdampak langsung ke aktivitas masyarakat pesisir seperti pelabuhan, tambak garam, hingga permukiman,” kata Eko.
Wilayah yang diperkirakan terdampak termasuk Kota Semarang, Kabupaten Demak, Pekalongan, Batang, Kendal, Jepara, dan sekitarnya.
Dari hal itu, banjir rob di jalur pantura Semarang Demak masih akan terus merendam dan belum ada solusi konkret untuk penanganan persoalan tersebut.
Warga Sayung dan pengguna jalan berharap ada penanganan yang konkret untuk persoalan banjir rob. Sebab, jalan yang aman dan bebas rob tidak hanya mengenai kenyamanan, tetapi juga nyawa dan ekonomi warga.
“Susah banget kalau setiap hari harus lewat jalan yang kayak kolam. Mending macet asal gak rob,” kata salah satu pengendara, Andri, yang rutin melintasi jalur tersebut untuk bekerja.