Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Nur Kasanah (kanan) menunjukkan kartu peserta BPJS Ketenagakerjaan. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Hari masih gelap saat Suryati beranjak bangun dari tidurnya. Seperti biasa. Kisaran jam empat pagi ia memulai rutinitasnya di rumah. Mulai salat, dilanjut menyapu halaman rumah, mencuci baju sampai kegiatan tetek bengek lainnya ia jalani seperti biasanya. 

Setelah dirasa pekerjaan rumahnya sudah kelar, Suryati pun mulai bersiap berangkat kerja. Sudah lebih dari 20 tahun perempuan paruh baya itu bekerja sebagai pekerja rumah tangga (PRT). 

Ia yang tinggal di Kampung Kedungjangan, Kelurahan Purwosari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang itu terbiasa berangkat kerja pagi lalu pulang sore. Bahkan tak jarang sampai malam. 

Tempat kerjanya berada di salah satu perumahan mewah di Kecamatan Ngaliyan. Bagi Suryati, penghasilannya sebagai seorang PRT bisa untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya. 

"Allhamdulillah saya bisa mencukupi kebutuhan rumah. Bersama suami, saya bisa menyekolahkan dua anak saya sampai tamat SMA. Kalau dihitung-itung sudah 20 tahun lebih saya jadi PRT," akunya kepada IDN Times, Selasa (27/11/2023). 

Suryati jadi PRT pocokan puluhan tahun

Belasan PRT ikut penyuluhan hukum di Mijen. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Berdasarkan data yang didapat dari Serikat Pekerja Rumah Tangga (SPRT) Merdeka Semarang, Suryati merupakan salah satu PRT yang kerap bekerja pocokan atau istilah kerennya part time selama puluhan tahun. 

Dulunya ia hampir saban hari bisa bekerja di beberapa rumah majikan yang berbeda dalam satu hari. "Kalau sekarang saya cukup ikut satu majikan aja. Soalnya badan sudah gak sekuat dulu," katanya. 

Bersama pengurus SPRT Merdeka Semarang, Suryati juga kerap meluangkan waktunya mengikuti ragam acara penyuluhan hukum. Saban akhir pekan rumahnya seakan menjadi basecamp bagi puluhan PRT untuk mengikuti kegiatan penyuluhan hukum dan sosialisasi lainnya. 

Diajak ikut iuran BPJS Ketenagakerjaan

Editorial Team

Tonton lebih seru di