Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi ikan lele (vecteezy.com/Bigc Studio)
ilustrasi ikan lele (vecteezy.com/Bigc Studio)

Intinya sih...

  • Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Tengah siap pasok 30 ribu ton lele untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG).

  • Kebutuhan lele bisa mencapai 30.000 ton per tahun, sementara produksi nila salin ditargetkan meningkat hingga 48.800 ton di tahun 2029.

  • Pihaknya berupaya mengoptimalkan kapasitas budidaya ikan di berbagai daerah, termasuk menghidupkan kembali tambak-tambak lele dan nila salin di tiap sentra wilayah Pantura.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Semarang, IDN Times - Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Jawa Tengah sedang mengoptimalkan kegiatan budidaya ikan lele dan nila salin untuk mendukung kelancaran program makan bergizi gratis (MBG). Berdasarkan perhitungannya, satu SPPG apabila menggunakan bahan baku lele, maka kebutuhannya sebanyak 300 kilogram. 

"Kalau dalam satu minggu menunya menggunakan lele, setiap SPPG menyiapkan 3.000 porsi atau sekitar 300 kilogram ikan. Saat ini sudah ada lebih dari 1.500 SPPG dan jumlahnya terus bertambah. Jika dihitung total, kebutuhan lele bisa mencapai 30.000 ton per tahun," ujar Kepala DKP Jateng, Endi Faiz Effendi saat dikonfirmasi, Jumat (10/10/2025). 

Lebih jelas lagi ia memaparkan bahwa angka itu baru berasal dari satu jenis ikan. Jika ditambah dengan komoditas lain seperti bandeng dan nila, potensi serapan ikan untuk MBG akan jauh lebih besar. 

Endi menambahkan, bahkan sebelum adanya program MBG, kebutuhan ikan air tawar di Jateng sudah tinggi. 

“Untuk lele saja, sebelum MBG sudah mencapai 29 ribu ton per tahun,” ujarnya

Sedangkan produksi nila salin di Jateng pada tahun 2024 mencapai 11 ribu ton dari lahan seluas 4,41 hektare. Tahun 2025 ditargetkan naik menjadi 11.100 ton, lalu meningkat signifikan pada 2026 menjadi 18.200 ton dengan perluasan lahan menjadi 7,29 hektare. Selanjutnya, target produksi diproyeksikan naik menjadi 33.500 ton pada 2027, 48.700 ton pada 2028, dan 48.800 ton di 2029.

"Tahun depan kami akan mengusulkan kawasan nila salin di Pati agar bisa dijadikan kampung budidaya. Saat ini, pemerintah pusat memang sedang mendorong program kampung tematik untuk beberapa komoditas seperti lele, bandeng, dan nila salin," ungkapnya. 

Melihat potensi besar tersebut, pihaknya berupaya mengoptimalkan kapasitas budidaya ikan di berbagai daerah. Salah satu langkah strategis yang dilakukan adalah menghidupkan kembali tambak-tambak lele dan nila salin di tiap sentra wilayah Pantura. 

Diakuinya bahwa Jawa Tengah sedang berusaha meningkatkan produktivitas lele dengan memanfaatkan tambak-tambak idle. "Produksi nila salin ini juga akan memperkuat produktivitas ikan air tawar di daerah kita,” terang Endi.

Ia optimistis, optimalisasi tambak nantinya berdampak besar pada peningkatan hasil produksi perikanan di Jawa Tengah. 

“Kita masih punya potensi yang sangat besar untuk bisa ditingkatkan produktivitasnya,” akunya.

Editorial Team