Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_8248.jpeg
Presiden ke-7 Jokowi. (IDN Times/Larasati Rey)

Intinya sih...

  • Subsidi Transportasi Massal Bukan Kerugian, Tapi Investasi Sosial

  • Jokowi menegaskan bahwa transportasi massal adalah layanan publik dan investasi sosial jangka panjang.

  • Manfaat sosialnya meliputi pengurangan emisi karbon, peningkatan produktivitas masyarakat, dan efisiensi waktu tempuh.

  • Subsidi transportasi bukan kerugian, melainkan investasi yang menguntungkan.

  • Dampak Ekonomi dan Pergeseran Perilaku Masyarakat

  • MRT Jakarta telah mengangkut sekitar 171 juta penumpang, menunjukkan pergerakan dari kendaraan pribadi ke transportasi mass

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Surakarta, IDN Times – Presiden ke-7 Joko “Jokowi” Widodo buka suara terkait hutang Whoosh yang dipersoalkan akhir-akhir ini. Ia menegaskan bahwa pembangunan dan pengelolaan transportasi massal seperti kereta cepat, MRT, LRT, KRL, dan kereta bandara bukan semata-mata urusan bisnis, melainkan bagian dari layanan publik dan investasi sosial untuk jangka panjang.

1. Subsidi Transportasi Massal Bukan Kerugian, Tapi Investasi Sosial

Presiden ke-7 Jokowi. (IDN Times/Larasati Rey)

Kepada awak media, Jokowi menyebutkan jika prinsip dasar transportasi massal, transportasi umum itu adalah layanan publik bukan mencari laba. Ia pun juga mencontohkan pembangunan KRL, MRT, LRT di Jakarta .

“Transportasi massal itu tidak diukur dari laba, tetapi dari keuntungan sosial atau social return on investment,” ujar ujar Jokowi kepada awak media di Ayam Goreng Mbak Tien, Senin (27/10/2025).

Menurutnya, manfaat sosial tersebut dapat dilihat dari pengurangan emisi karbon, peningkatan produktivitas masyarakat, penurunan polusi udara, hingga efisiensi waktu tempuh. “Kalau ada subsidi, itu bukan kerugian. Itu investasi,” tegasnya.

2. Dampak Ekonomi dan Pergeseran Perilaku Masyarakat

Kereta Cepat Whoosh saat melaju di rute Jakarta–Bandung (sumber: KCIC)

Lebih lanjut, Jokowi menyebutkan perpindahan masyarakat dari kendaraan pribadi ke transportasi umum memang bukan hal yang mudah karena menyangkut perubahan kebiasaan. Meski demikian, hasilnya mulai terlihat positif.

Sejak beroperasi, MRT Jakarta telah mengangkut sekitar 171 juta penumpang, sementara kereta cepat sudah mencapai 12 juta penumpang. “Itu menunjukkan sudah ada pergerakan dari pengguna mobil dan motor ke transportasi massal. Ini tidak mudah, tapi patut disyukuri,” jelas Jokowi.

Selain itu, keberadaan transportasi massal juga disebut menumbuhkan titik-titik pertumbuhan ekonomi baru, membuka peluang UMKM dan sektor pariwisata, serta meningkatkan nilai properti di kawasan sekitar.

“Kereta cepat menumbuhkan warung-warung baru, destinasi wisata, dan titik ekonomi baru. Nilai properti juga ikut naik. Jadi efeknya berlapis,” ujarnya.

3. Subsidi di Negara Lain Juga Besar

Presiden ke-7 Jokowi. (IDN Times/Larasati Rey)

Kembali Jokowi menegaskan bahwa subsidi transportasi massal bukan hal yang aneh. Negara-negara maju pun melakukan hal serupa.

“Di Metro Paris dan London Underground, subsidi bisa mencapai 50 persen. Jadi ini hal yang wajar dalam layanan publik,” jelasnya.

Dengan semakin banyak masyarakat beralih ke transportasi umum, kerugian operasional pun akan terus menurun. “Tahun pertama mungkin masih rugi, tapi seiring waktu penumpang naik, kerugian makin kecil. Bahkan bisa positif dalam beberapa tahun,” pungkasnya.

Editorial Team