Pengunjung menyaksikan pameran foto Anugerah Pewarta Foto Indonesia (APFI) 2019 di Galeri Foto Jurnalistrik Antara, Jakarta, Jumat (6/12/2019). (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/pd)
Dalam keterangan tertulisnya, Ketua Panitia APFI 2019 Muhammad Adimaja mengatakan penghargaan yang digelar Pewarta Foto Indonesia (PFI) ini merupakan yang ke sembilan kalinya sejak tahun 2009.
"Penghargaan di bidang fotografi ini menyeleksi 1.542 foto tunggal dan 191 rangkaian foto story dari 243 pewarta foto dan 87 peserta pewarta foto warga. Untuk penghargaan di bidang multimedia dengan menyeleksi enam karya multimedia dari enam peserta dari seluruh Indonesia yang dinilai oleh dewan juri yang diketuai oleh Oscar Motulloh," katanya.
Dari seluruh karya foto yang masuk, terpilih tujuh foto jurnalistik terbaik dari tujuh kategori, serta dua penghargaan khusus yakni foto jurnalistik "Photo of the Year 2019" dan "Life Time Achievement" serta penghargaan kepada tiga pemenang karya multimedia.
Tujuh foto terbaik dari tujuh kategori foto tunggal dan foto story bidang fotografi, yakni General News, Environment and Nature, Sport, Spot News, People in News, Art and Entertainment, dan Citizen Journalism.
Selanjutnya, tiga penghargaan pada kategori multimedia. Dua penghargaan khusus, Photo of the Year dan Life Time Achievement yang diberikan kepada foto jurnalistik terbaik dan individu yang dinilai memiliki kontribusi besar dalam memajukan peran foto jurnalistik di Indonesia khususnya. Lalu ada juga penghargaan pada kategori multimedia.
Tahun ini penghargaan terbaik "Photo of the Year" diraih oleh Muh. Fahrur Rasyid yang pernah bekerja di Harian Saudagar Makassar dan saat ini menjadi fotografer lepas dengan visual tentang petugas Basarnas Indonesia mengevakuasi Nurul (15 tahun) dari tumpukan material gempa bumi dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah.
PFI juga memberikan penghargaan sepanjang masa kepada pewarta foto senior Arbain Rambey, sebagai mantan fotojurnalis Kompas yang karya-karyanya fenomenal dan kerap mendapatkan penghargaan tingkat nasional dan internasional.
"PFI yang berdiri pada 1998 sebagai organisasi dari sebuah tindak lanjut kebebasan pers yang lahir tatkala euforia reformasi 1998 di Indonesia, suatu periode dramatis yang dimulai sejak 1997 dan menemukan momentum sejarahnya pada bulan Mei 1998 ketika kekuasaan rezim Orde Baru berakhir. Penghapusan kewajiban mendapatkan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) dan adanya jaminan kebebasan pers oleh Undang-undang Pokok Kebebasan Pers mendorong munculnya penerbitan media-media baru, cetak, dan elektronik. Booming usaha penerbitan pers tersebut diikuti dengan meningkatnya jumlah pewarta foto," katanya.