Putri PB XII GKR Koes Mortiyah Wandansari. (IDN Times/Larasati Rey)
Ketua Lembaga Dewan Adat Keraton Solo yang juga Putri PB XII, GKR Koes Moertiayah Wandansari mengatakan, kematian kerbau terlebih menjelang masuknya bulan Sura banyak diyakini menjadi sebuah pertanda alam. Ia mengaku, kematian kerbau tersebut memberikan pesan pada sikap kehati-hatian di tahun selanjutnya. Ia juga berharap tidak ada sesuatu yang jelek di kemudian hari yang menimpa Keraton Solo.
"Ilmu titen kui yo pertanda alam itu sangat bisa membantu kita untuk lebih berhati-hati. Mungkin ada satu masalah yang akan timbul lagi di tahun ke depan. Ya kita berharap semua itu tidak terjadi sesuatu yang jelek. Kita memohon untuk tahun yang akan datang ini lebih baik," ungkapnya.
Wanita yang akrab disapa Gusti Moeng tersebut mengatakan, jika Nyai Apon merupakan kerbau indukan tertua di keturanan Kiai Slamet. Ia mengibaratkan jika indukan tersebut sudah tidak ada, berarti tidak ada panutan lagi.
"Apon ini kan mbok'e (ibunya) jadi panutan dari yang satu tim itu yang biasa ini, kalau panutane wes ra eneng (kalau panutannya sudah tidak ada) pastinya yang lainnya juga bingung dan kocar-kacir, jadi ya memang semoga dengan kembali pada aturan yang benar, bisa selamat semua, terutama Keraton Solo seutuhnya," imbuhnya.