Semarang, IDN Times - Stasiun BMKG Kelas I Klimatologi Semarang memperkirakan musim kemarau wilayah Jawa Tengah terjadi lebih pendek ketimbang tahun-tahun sebelumnya mengingat tingginya kelembapan udara yang muncul di Indonesia.
Kemarau di Jateng Cuma 3 Bulan, BMKG Minta Petani Tembakau Waspadai Kerugian

Intinya sih...
Kemarau berakhir September
Kemarau basah ditandai hujan secara tiba-tiba
Panen tembakau dan garam berisiko terganggu
1. Kemarau berakhir September
Analis cuaca Stasiun BMKG Klimatologi Semarang, Zauyik Nana Ruslana mengungkapkan di tahun ini musim kemarau hanya terjadi pada pertengahan Juli kemudian berakhir September atau awal Oktober 2025.
"Artinya karena ada anomali cuaca, maka kemarau tahun ini lebih pendek. Ini sebabnya ada suhu muka air laut yang menghangat dan kelembapan udara seluruh Indonesia yang tinggi. Ini membuat awan hujan menjadi lebih banyak. Walaupun di sisi lain La Nina dan El Nino kondisinya melemah," kata Ayik, sapaan akrabnya saat berbincang dengan IDN Times, Selasa (12/8/2025).
2. Kemarau basah ditandai hujan secara tiba-tiba
Ayik juga menjelaskan dengan munculnya anomali cuaca, maka tahun ini Jawa Tengah cenderung mengalami kemarau basah.
Kemarau basah berdasarkan analisa Stasiun BMKG Klimatologi Semarang ditandai dengan peningkatan curah hujan meski dalam situasi tertentu sebuah wilayah mengalami panas yang terik.
"Jadi kemarau basah ini tidak melulu panas. Tetapi bisa juga tiba-tiba disertai hujan deras. Dan kami prediksikan musim hujan baru terjadi di seluruh Jawa Tengah saat memasuki Oktober," ungkapnya.
3. Panen tembakau dan garam berisiko terganggu
Berdasarkan hasil analisa perubahan cuaca, pihaknya menyarankan kepada para petani tembakau dan petambak garam Pantura supaya ekstra waspada. Pasalnya, kondisi yang tiba-tiba muncul hujan beresiko mengganggu masa tanam maupun kegiatan memanen tembakau maupun garam.
"Petani tembakau kemungkinan terkena dampaknya, karena daun yang akan dipanen berpotensi rusak. Untuk petambak garam juga sama. Maka kami sarankan sebaiknya petani tembakau mengganti komoditas tanamnya menjadi tanaman produksi. Kalau petambak garam bisa beralih beternak atau kegiatan lain supaya bisa menekan kerugian," terang Ayik.
4. BMKG ingatkan potensi hujan es
Terpisah, menurut prakirawan Stasiun BMKG Meteorologi Ahmad Yani Semarang Noor Jannah, dalam dua hari terakhir kondisi cuaca di Jateng cenderung lebih basah.
Kondisi itu terjadi ketimbang tiga hari hingga seminggu sebelumnya yang relatif kering. Fenomena ini dipengaruhi beberapa gangguan atmosfer.
"Penyebabnya adalah gangguan cuaca biasa karena adanya gelombang Kelvin dan Madden-Julian Oscillation (MJO) yang sedang aktif di wilayah Jawa Tengah. Selain itu, bibit siklon tropis di barat daya Sumatera turut mengubah pola angin," tambahnya.
Noor Jannah juga mengimbau warga mewaspadai kondisi cuaca pada masa pancaroba yang kerap ditandai perubahan mendadak dari cerah menjadi hujan lebat disertai angin kencang, bahkan hujan es akibat awan Cb.
"Kami mengingatkan masyarakat untuk berhati-hati terhadap perubahan cuaca yang tiba-tiba, terutama bagi yang beraktivitas di luar ruangan," ujar Noor.