Masjid Sheikh Zayed Solo. (IDN Times/Larasati Rey)
Selanjutnya, penandatanganan MoU yang kedua adalah terkait pembangunan Islamid Center atau yang kemudian diganti nama menjadi Solo Culture Center.
Solo Culture Center tersebut nantinya akan bersama-sama anatara Pemerintah UEA dengan Kemenag RI yang seluruhnya dibiayai oleh pihak UEA.
“Itu nanti banyak aktivitas di situ, ada banyak peltihan, kegiatan yang ada di situ yang akan dikelola bersama lagi. Ini murni hibah sepenuhnya dari UEA ke pemerintah Indonesia melalui Kemenag Bimas Islam kedepannya, jadi dalam waktu dekat insyaAllah mudah mudahan lancar kita akan segera membangun Solo Culture Center sepeti Islamic Center Solo sebagai bagian yang teruntegrasi dengan masjid ini,” paparnya.
Lebih lanjut, Kamaruddin menerangkan bahwa nantinya akan ada pembelajaran tentang toleransi yang akan diterapkan di Solo Culture Center. Selain itu terdapat juga peningkatan literasi keagamaan yang bertoleransi pada paham moderat.
“Di situ ada makna toleransi Islam yang menghargai perbedaan Islam yang menghormati perbedaan baik agama suku budaya dan seterusnya jadi kegiatan atau aktivitas yang ada dalam masjid ini nanti adalah kegiatan keagamaan yang berorientasi pada paham keagamaan yang wasatiyah yang toleran,” ungkapnya.
Kamaruddin mengatakan bahwa Kota Solo akan semakin luar biasa karena mempunyai dua ikon yang sangat luar biasa pula, yakni Masjid Raya Syeikh Zayed dan Solo Culture Center.
“Ini punya masjid yang sangat ikonik ya mungkin salah satunya masih terindah yang ada di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara ,kemudian itu Solo Culture Centernya itu kepengurusannya nanti ada pengarah ada eksekutifnya itu semuanya ada dari Kementerian dan ada dari MBZ University,” pungkasnya.