Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Indonesian Wellness Tourism Internasional Festival (IWTIF) 2023 di Keraton Solo. (IDN Times/Larasati Rey)

Surakarta, IDN Times - Potensi wellness di Indonesia masih sangat luas dan dapat dikembangkan lebih maksimal. Salah satunya potensi wellness yang ada di keraton yang ada di Indonesia.

Saat ini Indonesia ini ada 56 keraton yang memiliki potensi khasanah wellness yang bisa dioptimalkan pemanfaatannya.

1. Didorong untuk dijadikan objek wisata.

Flickr.com/AnisaSetiati

Pelestari ETNA Tantri Abeng mengatakan bahwa saat ini Indonesia memiliki 56 keraton-keraton Nusantara sedang dikembangkam sebagai Destinasi Kesehatan Tradisional Indonesia. Menurutnya, saat ini Keraton di Indonesia belum memanfaatkan peluang wellness tersebut sebagai pendongkrak ekonomi keraton.

"Potensinya sangat besar, apalagi jika dikaitkan dengan kesehatan secara holistik. Baik secara fisik, mental juga kesehatan sosial," ujarnya dalam kegiatan talk show Indonesian Wellness Tourism Internasional Festival (IWTIF) 2023 dengan tema Ethnowellness Nusantara (ETNA), Destinasi Kesehatan Tradisional Indonesia yang dilaksanakan di Keraton Kasunanan Surakarta, Selasa (19/9/2023).

"Inilah kearifan yang selama ini ada dalam keraton, kesehatan yang holistik, baik secara fisik, mental maupun kesehatan sosial. Sehingga semua bisa komprehensif," imbuhnya.

2. Gali potensi wellness tourism dari keraton.

Indonesian Wellness Tourism Internasional Festival (IWTIF) 2023 di Keraton Solo. (IDN Times/Larasati Rey)

Lebih lanjut Tanri mengatakan persoalan yang terjadi saat ini adalah ketidaktahuan akan potensi wellness yang besar. Padahal sudah banyak dokter yang mengembangkan wellness ini. Selain itu Indonesia tidak mempromosikan mengenai wellness tourism ini secara baik.

"Kita tidak punya konsep mengenai marketing. Kalau kita memasarkan, harusnya kita benahi produknya. Caranya yakni dengan menggandeng keraton-keraton yang ada di Nusantara dan mengemas produk-produk dari sumber daya yang ada di keraton," katanya.

Saat ini terdapat lebih dari 600 dokter yang sudah memiliki sertifikasi jamu di seluruh indonesia, tak hanya itu terdapat seratusan apoteker di Indonesia yang memiliki sertifikasi jamu. Namun potensi tersebut belum dimanfaatkan saat ini.

3. Potensi ekonomi yang tinggi dari wellness.

Keraton Surakarta (instagram.com/justteana)

Sementara itu Ketua Harian Majelis Adat Kerajaan Nusantara (MAKN) Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Eddy Wirabhumi mengatakan saat ini potensi wellness tourism di dunia mencapai triliunan rupiah. Sayangnya yang bisa dimanfaatkan di Indonesia baru mencapai 5 persen. Untuk pemanfaatan wellness tourism ini harus dilakukan secara holistik.

"Bukan hanya mengenai apa saja produk yang dihasilkan, tapi juga bagaimana pengemasan hingga pemasarannya," ujarnya.

Menurut Eddy, perlu ada perencanaan matang, salah satunya belajar dari yang sudah sukses menjalankannya. "Kita lihat di Tawangmangu yang selama ini menjadi binaan dari BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) ternyata sudah lama memanfaatkan wellness ini. Kita perlu belajar, dan yang paling penting keraton-keraton yang ada di Nusantara ini bisa bersinergi untuk menggeluti wellness ini," pungkasnya.

Editorial Team