KH Maimoen Zubair Diusulkan Dapat Gelar Pahlawan, Ini Jasanya Buat NU

Ia menyebut figur mendiang Mbah Moen, panggilan karib Maimoen sudah sepantasnya diberi gelar pahlawan mengingat kontribusinya selama ini cukup besar bagi pendidikan dakwah Islam.

"Selain itu kami juga akan memberi nama gedung pusat kajian aswaja dengan nama KH Maimoen Zubair," urainya.

Sedangkan, Wagub Jateng, Taj Yasin merespon positif usulan gelar pahlawan bagi ayahandanya. Gus Yasin mengaku akan melakukan musyawarah dengan keluarga dan pihak lain terkait usulan tersebut.

“Kami mengapresiasi hal ini, namun nanti akan kami musyawarah dengan pihak keluarga dan pihak lain sebelum menerima tawaran dari INISNU Temanggung,” katanya sembari menerima sebuah lukisan bergambar sosok ayahandanya hasil karya dari Dosen INISNUTemanggung Dr. Rahmat Rizal.

Menurut Dr Rahmat, lukisannya tentang KH Maimoen Zubair memiliki makna setiap titiknya mewakili kalimat dzikir dan mengganti fungsi tasbih," ujarnya.

Berdasarkan kiprahnya semasa hidupnya, Mbah Moen memiliki peran penting dalam mengembangkan NU sekaligus sebagai tokoh politikus Indonesia. 

Mbah Moen juga sebagai muharrik (penggerak) dalam memperjuangkan nilai keislaman dan ke-Indonesiaan. Awal mula peranan ulama tersebut, saat menjelang Muktamar NU yang ke-27 di Situbondo Jawa Timur. 

Membahas tentang penetapan pancasila sebagai asas dalam tubuh NU. Saat itu para pembesar NU terpecah menjadi 2 kubu: Kubu pertama adalah kubu cipete yang bermuara pada ketua PBNU, KH. Ikhdam Cholil dan kubu kedua adalah kubu Situbondo, Jawa Timur yang bermuara pada KH.R.As’ad Syamsul Arifiin.

Hingga Muktamar dilaksanakan, konflik perbedaan pendapat diantara para pembesar NU mengenai penetapan asas dan dasar NU masih belum berakhir.

Maimoen Zubair muncul, beliau mengajukan berbagai hujjah argumentasi untuk menyakinkan seluruh pihak yang hadir dalam Muktamar ke-27 tersebut, akhirnya semua pihak yang hadir sepakat menetapkan pancasila sebagai asas dasar dalam tubuh NU.