Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi koding. (Dok. Pixabay/jamesmarkosborne)
Ilustrasi koding. (Dok. Pixabay/jamesmarkosborne)

Intinya sih...

  • Pembelajaran koding dan kecerdasan artifisial (AI) akan diimplementasikan di SD dan SMA Semarang

  • Program prioritas Kemendikdasmen ini bukan menjadi mata pelajaran wajib

  • Sekolah dapat memilih dari 3 opsi terkait implementasi pembelajaran koding dan AI

Semarang, IDN Times - Pembelajaran koding dan kecerdasan artifisial (AI) siap diimplementasikan di jenjang SD dan SMA di Kota Semarang. Kendati demikian, program prioritas Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) ini bukan menjadi mata pelajaran (mapel) wajib.

1. Koding dan AI bisa jadi ekstrakurikuler

Kursus koding untuk anak (Pexels.com/Anil Sharma)

Masing-masing satuan pendidikan dapat memilih satu dari tiga opsi yang ditawarkan pemerintah. Pertama, sekolah boleh menjadikan koding dan AI sebagai mata pelajaran (mapel) pilihan di kelas 5 dan 6 SD serta SMP kelas 7,8,9.

Kedua, sekolah bisa mengintegrasikan koding dan AI dengan mapel yang ada di sekolah. Ketiga, sekolah bisa menjadikan koding dan AI sebagai ekstrakurikuler.

Kepala Bidang Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan Dinas Pendidikan Kota Semarang, Miftahudin mengatakan, bagi satuan pendidikan yang mempunyai sarana prasarana yang lengkap dan SDM yang memadai dari hasil analisis sekolah bisa mengambil pilihan yang pertama. Namun, jika hal tersebut tidak ada, maka bisa memilih yang kedua.

2. Bisa manfaatkan sarpras sekolah yang ada

Kursus koding untuk anak (Pexels.com/cottonbro studio)

“Kebijakan dinas ini dikembalikan kepada satuan pendidikan. Silakan satuan pendidikan bisa menganalisis untuk memilih opsi mana yang sesuai kebutuhan dan kemampuan sekolah,” katanya, Sabtu (19/7/2025).

Menurut Miftah, pembelajaran koding dan AI bisa memanfaatkan sarana dan prasarana di sekolah.

“Setahu saya sudah banyak SMP negeri di Kota Semarang yang memiliki sarpras untuk menunjang pembelajaran koding dan AI. Sedangkan di jenjang SD, tidak selalu butuh sarpras yang memadai karena belum langsung dalam tataran praktek, sehingga belum butuh peralatan yang rumit,” jelasnya.

Bagi sekolah yang memiliki keterbatasan sarpras, diimbau untuk bisa memanfaatkan media-media yang tidak harus berbasis teknologi. Sebab, landasan dari pembelajaran koding dan AI ini adalah tentang bagaimana anak memiliki pemikiran yang logis, terstruktur dalam mengambil keputusan dan merancang sebuah program. Sehingga, peralatan yang digunakan tidak harus yang canggih.

3. Guru bisa menerapkan pembelajaran koding dan AI di sekolah

Kursus koding untuk anak (Pexels.com/ Kampus Production)

Sementara, pembelajaran koding dan KA tersebut merupakan sesuatu yang penting karena sudah menjadi program prioritas Kemendikdasmen. Maka, Disdik Kota Semarang berupaya untuk mendukung sepenuhnya kebijakan tersebut.

‘’Zaman sekarang ini kan sudah tidak bisa dipungkiri lagi anak-anak dekat dengan IT. Maka, melalui pembelajaran koding dan AI harapannya mampu meningkatkan kompetensi dan literasi siswa. Selain itu, juga pembelajaran ini bisa mendorong anak-anak tidak hanya sebagai penikmat teknologi, tapi juga bisa berkreasi dan berinovasi. Kami meyakini kehadiran pelajaran ini mampu menambah efektivitas pembelajaran yang lebih optimal,’’ terang Miftah.

Sementara, Disdik juga menargetkan bagi guru-guru yang sudah mendapat pelatihan dan pembekalan pembelajaran koding dan AI bisa menerapkan di sekolah. Kemudian, juga menularkan materi tersebut ke guru di satuan pendidikan.

Editorial Team