Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
mbg, dapur mbg, sppg, ppji, sertifikasi koki, juru masak MBG
Seorang juru masak dapur MBG mengikuti sertifikasi profesi yang diselenggarakan PPJI Kota Semarang. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Intinya sih...

  • Kasus keracunan MBG memicu prihatin pelaku usaha jasa boga di Semarang dan sekitarnya.

  • PPJI Kota Semarang dan BGN menyelenggarakan sertifikasi profesi bagi koki dapur MBG.

  • Pelaku usaha belajar bahwa pengalaman masak saja tak cukup, perlu sertifikasi untuk keamanan pangan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Semarang, IDN Times - Kasus keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) yang terjadi di berbagai daerah membuat pelaku usaha jasa boga di Kota Semarang dan sekitarnya prihatin. Belajar dari kejadian itu, Perkumpulan Pengusaha Jasaboga Indonesia (PPJI) Kota Semarang yang bermitra dengan Badan Gizi Nasional (BGN) sebagai Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) menyelenggarakan sertifikasi profesi bagi juru masak atau koki dapur MBG.

1. Ada 47 juru masak yang ikut sertifikasi profesi

Penjamah makanan di di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) mengikuti pelatihan untuk mencegah keracunan makan bergizi gratis (MBG) di Dinas Kesehatan Kota Semarang, Sabtu (4/10/2025). (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Sebanyak 47 koki dapur MBG diuji kompetensinya oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Pariwisata Gunadharma Utama di Akademi Kesejahteraan Sosial (AKS) Ibu Kartini Semarang, Sabtu (4/10/2025). Kemampuan dan pengalaman memasak saja tak cukup, karena puluhan juru masak tersebut harus melalui beberapa tahapan proses ujian.

Ketua LSP Pariwisata Gunadharma Utama, Vera Damayanti mengatakan, uji kompetensi dilakukan dalam beberapa tahapan. Antara lain melalui asesmen mandiri, tes tertulis, praktik memasak selama 90 menit, dan wawancara.

‘’Saat diuji kami minta koki atau juru masak membuat menu makanan dan mendemokan cara memasaknya dengan menu karbohidrat, sayur, lauk protein hewani dan nabati hingga menyajikan. Waktunya tidak lebih dari 90 menit,’’ katanya.

Setelah demo masak, penguji juga menilai sikap dan karakter para juru masak saat bekerja di dapur MBG. Adapun, mayoritas koki yang bekerja di SPPG atau dapur MBG itu memiliki latar belakang pernah bekerja sebagai chef di hotel atau restoran.

2. Proses dilakukan transparan dan profesional

Penjamah makanan di di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) mengikuti pelatihan untuk mencegah keracunan makan bergizi gratis (MBG) di Dinas Kesehatan Kota Semarang, Sabtu (4/10/2025). (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

‘’Namun, meski mereka punya pengalaman bekerja di hotel atau restoran tentu penilaiannya berbeda. Maka, kami pun menilai mulai dari mereka masuk dapur, memakai alat pelindung diri (APD) seperti penutup kepala, seragam, apron, sepatu hingga kaus tangan. Kemudian, bagaimana cara mereka menyiasati komplain, sebab di SPPG mereka harus memproduksi makanan jumlah besar dan waktu terbatas,’’ jelas Vera.

Hasil akhirnya peserta akan dinyatakan kompeten atau belum kompeten. Jika belum mencapai standar, peserta diberi kesempatan untuk mengulang pada unit uji yang belum terpenuhi.

“Kalau ada yang merasa belum puas dengan hasilnya, kami juga sediakan form banding ke LSP. Jadi semua proses dilakukan transparan dan profesional,” tandasnya.

Sementara, Ketua DPC PPJI Kota Semarang, Yanti M. Sakoer mengatakan, kegiatan ini dilakukan untuk menjaga standar keamanan pangan dan kepercayaan publik.

Melalui sertifikasi dan pelatihan ini, kualitas penyedia makan bergizi gratis semakin meningkat dan risiko keracunan dapat dihindari.

3. Peningkatan kualitas SDM jadi kunci MBG

SPPG Tambolaka ini kita memanfaatkan petani lokal, peternak, dan pengusaha-pengusaha lokal yang ada di Kabupaten Sumba Barat Daya untuk program MBG. (Dok. Tim Komunikasi Prabowo)

“Tujuannya bukan sekadar formalitas. Sertifikasi ini untuk memastikan setiap makanan yang disajikan benar-benar higienis dan sesuai standar sanitasi,” ujarnya.

Selain, Yanti berharap, melalui upaya sertifikasi juru masak ini tidak ada lagi kasus keracunan MBG.

‘’Kami prihatin atas kejadian yang sempat terjadi di beberapa SPPG. Sertifikasi ini jadi langkah antisipasi agar kejadian luar biasa (KLB) seperti keracunan tidak terulang. Maka, peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi kunci agar makanan bergizi gratis yang diterima masyarakat aman dan layak konsumsi,’’ tandasnya.

Editorial Team