Kurikulum Pendidikan Formal Digagas Masuk ke Pesantren di Semarang

- Kurikulum pendidikan formal akan dimasukkan ke pesantren di Semarang.
- Upaya tersebut dilakukan melalui sinergi dengan Kementerian Agama Kota Semarang.
- Pemerintah Kota Semarang menjadi inisiator dari gagasan tersebut.
Semarang, IDN Times - Pemerintah Kota Semarang menggagas agar kurikulum pendidikan di sekolah formal dari berbagai jenjang bisa masuk ke pesantren. Upaya itu akan diwujudkan melalui sinergi dengan Kementerian Agama Kota Semarang.
1. Peran pesantren dalam pendidikan karakter

Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng mengatakan, ia menyoroti pentingnya peran pesantren dalam pendidikan dan pembangunan karakter masyarakat. Maka, ia berencana untuk menjalin sinergi yang lebih erat antara Pemerintah Kota Semarang dan Kementerian Agama (Kemenag) Kota Semarang melalui sebuah Nota Kesepahaman (MoU).
“Sekarang harus sinergi, ada yang mengusulkan untuk mengadakan MoU antara Pemerintah Kota Semarang dengan Kemenag Kota Semarang,” ujarnya di sela acara Pelantikan dan Pengukuhan Pengurus LPTQ Kota Semarang Masa Bhakti 2025 - 2030, di rumah dinas wali kota Semarang, Minggu (6/7/2025).
Melalui kerja sama ini, Wali Kota berharap kurikulum pendidikan di berbagai jenjang, termasuk di pesantren, dapat diperkaya dengan isu-isu relevan seperti ketahanan pangan, pencegahan stunting dan pengelolaan sampah yang benar.
2. Peningkatan perhatian pada pesantren

"Jadi nanti jika anak-anak dari sekolah negeri di bawah kementerian pendidikan itu kurikulumnya ada tentang ketahanan pangan dan pencegahan stunting, di MA, MTs juga ada bagaimana cara membuang sampah dengan benar, memilah, atau mengolah sampah di lingkungan sekolah masing-masing," jelas Agustina.
Peningkatan perhatian terhadap pesantren juga merupakan respons atas masukan dari berbagai pihak, termasuk anggota dewan yang telah menyampaikan usulan agar pemerintah kota tidak hanya berfokus pada sekolah-sekolah formal.
"Teman-teman PKB dan PPP kalau tidak salah pada saat rapat paripurna menyatakan usulannya untuk pemerintah kota Semarang tidak hanya berpikir tentang sekolah-sekolah yang sudah tercatat sebagai sekolah-sekolah (formal) tetapi pesantren juga harus mendapat perhatiannya," katanya.
3. LPTQ garda terdepan bina generasi muda

Dengan jumlah pesantren di Kota Semarang yang mencapai kurang lebih 300, Agustina menyatakan bahwa pendataan guru pengajar masih terus dilakukan. Ia optimis bahwa regulasi akan mendukung upaya ini.
Pada kesempatan tersebut, dirinya berharap agar pengurus LPTQ yang baru dilantik dapat membawa LPTQ menjadi lebih progresif. LPTQ bukan hanya penyelenggara MTQ, tetapi juga menjadi garda terdepan dalam membina generasi muda agar tidak hanya cerdas secara intelektual, namun juga kuat secara spiritual dan berkarakter.
"Kehadiran LPTQ sebagai sebuah lembaga yang fokus pada pengembangan Tilawatil Qur’an menjadi bagian yang sangat penting untuk memberikan pemahaman bagi anak-anak tentang belajar membaca Al-Qur'an. Kita juga berusaha mati-matian membangun persiapan yang cukup supaya juara MTQ tahun depan jatuh di Kota Semarang," tandasnya.