Ia juga memohon agar pemerintah memperhatikan nasib para nakes yang jadi penyintas COVID-19 agar diberi apresiasi yang lebih. Sebab, penyintas seperti dirinya sudah kehilangan banyak daya dan upaya untuk melayani pasien COVID-19.
"Setidaknya nakes penyintas ada apresiasi tertentu karena kami sudah banyak rugi waktu karena dirawat selama sakit," ujarnya.
Menurutnya pemberian tes swab kini jadi persoalan yang berlarut-larut. Tes swab hanya ada di perkotaan. Sedangkan di daerah nakes sering sulit mendapatkannya.
"Teman saya di NTT, kalau mau swab PCR cuma ada di Kupang. Mungkin bisa dipermudah lagi untuk harga swab. Saya gak tahu apa biaya impor alkes masih tinggi atau bagaimana, yang penting kalau bisa tarif swab-nya dipermudah," terangnya.
Ia mencontohkan jika tarif swab antigen saat ini dibanderol diatas Rp150 ribu. Sedangkan tes swab PCR diatas Rp700 ribu. Sebagai dokter yang rutin melayani para pasien COVID-19, ia berharap agar layanan tes swab diberikan di semua Puskesmas. Di Semarang sendiri, imbuhnya, hanya beberapa Puskesmas yang sudah menerima layanan tes swab.
"Kalau saya lihat di Semarang sudah ada beberapa Puskesmas yang beri layanan swab. Biasanya sampelnya lalu dikirim ke laboratorium kota. Ya kalau bisa itu diberlakukan se-Jateng. Biar tracing-nya berjalan baik," bebernya.