Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Lewat IRSA 2025, KONEKSI Fasilitasi Penelitian Inklusif Berkelanjutan

Nurliah Buhari (Universitas Mataram) sedang menjelaskan poster penelitiannya yang berjudul _The 'Madak' Tradition and Marine Resource Sustainability in West Nusa Tenggara.jpeg
Suasana saat konferensi internasional Indonesian Regional Science Association (IRSA) 2025 yang diadakan di Semarang. (Dok. KONEKSI)
Intinya sih...
  • Penelitian inklusif untuk peningkatan ekonomi-sosial wilayah timur Indonesia
  • Konferensi IRSA 2025 menjadi panggung bagi peneliti muda dan penyandang disabilitas
  • KONEKSI memfasilitasi pertukaran ilmu pengetahuan dan telah memfasilitasi 53 penelitian

Semarang, IDN Times - Inisiatif kemitraan Australia dan Indonesia di sektor pengetahuan dan inovasi, KONEKSI, kembali berkomitmen memperkuat kapasitas peneliti di wilayah timur Indonesia. Melalui serangkaian bootcamp dan partisipasi aktif dalam konferensi internasional Indonesian Regional Science Association (IRSA) 2025, KONEKSI berupaya mendorong penelitian yang inklusif dan berdampak nyata pada kebijakan pemerintah daerah, khususnya terkait isu lingkungan dan perubahan iklim yang berwawasan gender, disabilitas, dan inklusif secara sosial (GEDSI).

1. Menjadi wadah inovasi dan kolaborasi

Para peserta dalam IRSA International Conference.jpg
Konferensi internasional Indonesian Regional Science Association (IRSA) 2025 yang diadakan di Semarang. (Dok. KONEKSI)

Seperti diketahui, wilayah timur Indonesia menghadapi tantangan ekonomi-sosial yang kompleks. Dalam konteks itu, pendekatan inklusif menjadi krusial untuk memastikan perempuan, penyandang disabilitas, dan kelompok marjinal dapat berpartisipasi aktif dan bahkan memimpin penelitian.

Tujuannya agar hasil riset lebih inklusif dan memberikan dampak langsung yang adil bagi masyarakat. Kolaborasi lintas disiplin ilmu dan universitas pun menjadi kunci untuk menghasilkan penelitian komprehensif yang berfokus pada prioritas lokal.

Sebelum gelaran konferensi IRSA 2025, KONEKSI bekerja sama dengan Australia National University (ANU) Indonesia Project menyelenggarakan bootcamp penelitian pada 12--13 Juli 2025. Bootcamp dirancang untuk membekali para peneliti dengan kemampuan menghasilkan ide-ide riset yang berdampak, memimpin inisiatif penelitian, serta menyebarluaskan temuan mereka untuk pengembangan dan inovasi. Hasilnya, para peserta bootcamp berhasil mempresentasikan makalah mereka di IRSA 2025 dan aktif terlibat dalam diskusi serta presentasi poster.

2. Penelitian inklusif yang menginspirasi

Ida Mujtahidah, peneliti dari Rumah Disabilitas, memaparkan hasil penelitiannya yang berjudul _Inclusive Growth through Creative Economy_ Evaluating Sagata’s Impact on Crafters with Disabilities in Yogyakarta_.jpg
Peneliti Rumah Disabilitas, Ida Mujtahidah memaparkan penelitiannya saat Konferensi internasional Indonesian Regional Science Association (IRSA) 2025 yang diadakan di Semarang. (Dok. KONEKSI)

Konferensi internasional IRSA pada 14--15 Juli 2025 di Semarang menjadi panggung bagi 19 peneliti, termasuk dari Indonesia timur, peneliti muda, dan penyandang disabilitas, untuk mempresentasikan riset mereka. Tema yang diangkat adalah Localising Smart Economy and Infrastructure for Inclusive Growth and Sustainability, yang membuka ruang bagi kolaborasi dan riset yang inklusif.

Salah satu peneliti, Welmince Djulete dari Monash University, Herb Feith Indonesian Engagement Centre, memaparkan hasil risetnya mengenai hubungan antara iman, budaya, dan ketahanan iklim melalui pendekatan environmental stewardship.

“Pentingnya peran pemimpin agama dan tokoh kepercayaan tradisional untuk secara sadar mengangkat isu perubahan iklim dalam khotbah, pengajaran, dan diskusi di ruang-ruang keagamaan maupun budaya. Hal ini bertujuan mendorong praktik hidup berkelanjutan sebagai bentuk tanggung jawab dalam merawat dan menjaga lingkungan,” katanya.

Penelitian lain yang tidak kalah inspiratif datang dari Ida Mujtahidah. Peneliti dari Rumah Disabilitas sekaligus anggota Jejaring Disabilitas itu mengeksplorasi bagaimana praktik ekonomi inklusif diwujudkan melalui usaha kreatif berbasis komunitas, dengan studi kasus Sagata, usaha mikro di Yogyakarta.

Sagata memposisikan penyandang disabilitas sebagai produsen, bukan penerima belas kasih, sehingga memperkuat pemberdayaan emosional dan ekonomi.

“Ekonomi kreatif sebenarnya bisa menjadi solusi berkelanjutan untuk pembangunan ekonomi, namun sayangnya, penyandang disabilitas masih belum banyak dilibatkan dalam sektor ini,” ujarnya.

Ida berharap, apa yang dilakukan Sagata dapat mendorong partisipasi sipil lainnya untuk berkontribusi secara bermakna dalam perekonomian lokal dengan membuka ruang bagi kelompok marjinal.

3. Memfasilitasi pertukaran ilmu pengetahuan

Kata sambutan oleh Knowledge to Policy Unit Manager, Australian Embassy Jakarta Ria Arief.jpg
Knowledge to Policy Unit Manager Australian Embassy Jakarta, Ria Arief saat Konferensi internasional Indonesian Regional Science Association (IRSA) 2025 yang diadakan di Semarang. (Dok. KONEKSI)

Knowledge to Policy Unit Manager Australian Embassy Jakarta, Ria Arief mengapresiasi partisipasi aktif para peneliti.

“Beragam topik yang diangkat mulai dari perubahan iklim hingga kebijakan inklusif menunjukkan relevansi riset terhadap tantangan pembangunan di wilayah Indonesia Timur,” ujarnya.

Ia menambahkan, KONEKSI berkomitmen untuk terus memperkuat kerja sama Indonesia dan Australia melalui kolaborasi riset yang mendukung kebijakan berbasis data, inklusif, dan berkelanjutan. Kami berharap hasil-hasil penelitian ini dapat berkontribusi nyata bagi produk pengetahuan dan inovasi yang inklusif dan berkelanjutan di Indonesia.

Selain memberikan kesempatan publikasi dan penyebaran riset, KONEKSI juga mendirikan booth pameran untuk memfasilitasi pertukaran pengetahuan serta meningkatkan keterlibatan peneliti, pembuat kebijakan, dan pemangku kepentingan selama acara berlangsung.

4. Fasilitasi 53 penelitian

Para Peneliti KONEKSI dalam IRSA International Conference.jpg
Sejumlah peserta dan pembicara berfoto bersama saat Konferensi internasional Indonesian Regional Science Association (IRSA) 2025 yang diadakan di Semarang. (Dok. KONEKSI)

Untuk diketahui, Sebagai inisiatif kolaboratif di sektor pengetahuan dan inovasi yang didukung oleh pemerintah Australia dan Indonesia, KONEKSI memiliki tujuan mendorong kemitraan penelitian yang setara untuk memajukan kebijakan dan teknologi inklusif dan berkelanjutan, dengan penekanan khusus pada Kesetaraan Gender, Disabilitas, dan Inklusi Sosial (GEDSI).

Hingga saat ini, KONEKSI telah memfasilitasi kemitraan penelitian di 53 disiplin ilmu. Selain itu, mereka juga mengikutsertakan peneliti individu dan melibatkan organisasi penelitiannya.

Fokus penelitian KONEKSI meliputi lingkungan dan perubahan iklim, transformasi digital dalam ketahanan pangan, kesehatan, dan energi, kendaraan listrik, bioekonomi, transisi energi, dan pendidikan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dhana Kencana
EditorDhana Kencana
Follow Us