Banjarnegara, IDN Times – Bencana tanah longsor yang melanda Dusun Situkung, Desa Pandanarum, Kabupaten Banjarnegara, tidak hanya merenggut korban jiwa dan merusak pemukiman, tetapi juga menimbulkan kerugian besar di sektor peternakan dan pertanian. Ratusan hewan ternak dilaporkan tertimbun material longsor.
Longsor Banjarnegara: 225 Rumah Terdampak, Kerugian Rp3,6 Miliar

Intinya sih...
Longsor di Banjarnegara merenggut 280 ternak dan kerugian mencapai Rp3,6 miliar
823 orang terdampak, 2 orang meninggal, 10 luka-luka, dan 27 masih dalam pencarian
Bantuan senilai Rp385,48 juta telah masuk untuk membantu pemulihan warga terdampak
1. Janji Gubernur Jateng Ahmad Luthfi
Kepala Desa Pandanarum, Misrod menyampaikan hasil pendataan kerugian yang dialami warga. Diperkirakan sebanyak 30 ekor sapi dan 250 ekor kambing tertimbun material longsor dengan total kerugian mencapai Rp640 juta.
Kerugian tidak berhenti di sektor peternakan. Lahan pertanian warga juga mengalami kerusakan parah dengan nilai kerugian mencapai Rp2,999 miliar. Kerusakan meliputi tanaman padi, cabai, tomat, hingga kapulaga. Infrastruktur irigasi turut rusak dengan estimasi kerugian sekitar Rp50 juta.
Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi berkomitmen untuk membantu pemulihan warga terdampak, termasuk kerugian di sektor peternakan.
"Bagi mereka yang ternaknya hilang nanti didata, kami bantu recovery," ujar Luthfi saat melakukan kunjungan ke lokasi tanah longsor pada Senin (17/11/2025).
Luthfi menegaskan, pemulihan warga Situkung harus mencakup seluruh aspek kehidupan, termasuk mata pencaharian yang menjadi sumber penghidupan utama warga.
"Ini bukan sekadar tempat tinggal—kebutuhan sandang, pangan, papan, dan pekerjaan warga harus dipikirkan bersama," ucapnya.
2. Data lengkap korban dan dampak bencana
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah, longsor di Dusun Situkung berdampak pada 30 unit rumah roboh dan 195 unit rumah terdampak. Sebanyak 823 orang terdampak bencana, dengan 2 orang terisolasi dan 27 orang masih dalam pencarian (diduga hilang).
Tercatat 823 orang mengungsi ke pos pengungsian di halaman Kantor Kecamatan Pandanarum.
Adapun, korban luka-luka tercatat sebanyak 10 orang, sementara korban meninggal dunia hingga Senin (17/11/2025) sebanyak 2 orang. Satu korban meninggal dunia di RSUD Banjarnegara, sementara satu korban lainnya ditemukan meninggal dekat lokasi longsor pada pukul 07.48 WIB.
Proses evakuasi dan pencarian korban terus dikebut oleh tim SAR gabungan. BPBD Jawa Tengah dan Kabupaten Banjarnegara, relawan, TNI-Polri, dan Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimcam) bergerak cepat mendirikan tenda pengungsian, dapur umum, pos lapangan, serta layanan kesehatan darurat.
Sejumlah kebutuhan mendesak mulai disalurkan, antara lain logistik permakanan, selimut dan matras, hygiene kit, family kit, kids ware, air mineral, hingga perangkat ATK, laptop, dan printer untuk menunjang posko.
"Informasi awal berkembang 800-an masyarakat terdampak. Ada 26 yang masih (terjebak) di hutan karena kejadiannya mendadak. Ada juga yang mungkin tertimbun. Hari ini kami bergerak (pencarian) by name by address. Kita bentuk klaster pengungsi, logistik, sarana prasarana, dan kesehatan agar mobilisasi lebih cepat dan terarah," tegas Luthfi.
3. Imbauan kewaspadaan di daerah rawan bencana
Data bantuan yang telah masuk dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Provinsi Jawa Tengah tercatat senilai Rp385,48 juta.
Bantuan tersebut meliputi logistik dari Dinas Sosial yang bersumber dari APBN senilai Rp239,35 juta, beras dua ton dari Dinas Ketahanan Pangan senilai Rp27 juta, serta obat-obatan dari Dinas Kesehatan senilai Rp11,91 juta.
Dukungan juga datang dari BUMD Jateng Peduli Bencana, yakni logistik dari BPR BKK Mandiraja senilai Rp15,5 juta dan tiga ton beras dari Bank Jateng senilai Rp45 juta, serta logistik dari BPBD Jateng senilai Rp46,72 juta.
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah juga mengalokasikan Belanja Tidak Terduga (BTT) sebesar Rp450 juta untuk penanganan rumah warga yang tertimbun atau musnah.
Luthfi mengingatkan masyarakat Jawa Tengah untuk meningkatkan kewaspadaan mengingat banyaknya wilayah yang rawan longsor.
"Jawa Tengah ini minimarket bencana. Ada daerah-daerah tertentu yang harus diantisipasi: Batang, Kendal, Wonosobo, Banjarnegara, Brebes–Bumiayu, Magelang, Temanggung. Potensi gerakan tanah tinggi. Harus ada pencegahan dini," katanya.
Seperti diketahui, bencana tanah longsor di Situkung terjadi pada Sabtu (15/11/2025) pukul 16.00 WIB setelah hujan lebat dengan durasi lama mengguyur wilayah tersebut. Tim gabungan sampai saat ini terus melakukan upaya pencarian dan evakuasi untuk menemukan 27 warga yang masih dinyatakan hilang.