Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
mbg, dapur mbg, sppg, ppji
Ilustrasi penyiapan makanan makan bergizi gratis. (dok. PPJI Jateng)

Intinya sih...

  • PPJI Jawa Tengah membuka layanan pendampingan bagi pemilik dapur MBG.

  • Langkah ini diambil menyusul maraknya kasus keracunan siswa setelah makan di MBG.

  • Tujuannya adalah untuk memastikan keamanan dan kualitas makanan yang disajikan di dapur MBG.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Semarang, IDN Times - Perkumpulan Penyelenggara Jasa Boga Indonesia (PPJI) Jawa Tengah membuka layanan pendampingan kepada pemilik atau pengelola dapur Makan Bergizi Gratis (MBG). Upaya ini menyusul maraknya kasus keracunan siswa setelah mengkonsumsi MBG.

1. PPJI cari tahu akar masalah keracunan

Ilustrasi siswa SD menikmati makan bergizi gratis (MBG) di sekolah. (dok. PPJI Jateng)

Ketua PPJI Jateng, Lilik Agus Gunarto menyampaikan rasa prihatin atas peristiwa keracunan MBG yang terjadi di sejumlah daerah, terutama di Jawa Tengah.

“Tentunya kami prihatin ya sampai ada kejadian keracunan. Di Jateng juga terjadi di Sragen, ada juga di Rembang. Dari kejadian ini, kami PPJI Jateng tentunya harus ikut sumbangsih mencari tahu akar masalahnya,’’ ungkapnya, Kamis (25/9/2025).

Langkah yang dilakukan PPJI Jateng adalah dengan membuka layanan pendampingan untuk dapur-dapur MBG.

‘’Kami buka layanan pendampingan untuk dapur-dapur MBG, silakan hubungi kami yang ada di tiap kabupaten/kota,’’ ujarnya.

2. Dapur MBG tidak libatkan ahli memasak porsi besar

SPPG Tambolaka ini kita memanfaatkan petani lokal, peternak, dan pengusaha-pengusaha lokal yang ada di Kabupaten Sumba Barat Daya untuk program MBG. (Dok. Tim Komunikasi Prabowo)

Dalam hal ini PPJI Jateng akan memberikan layanan pendampingan berupa pra hingga pasca produksi. Yakni, dari pemilihan menu, pemilihan bahan baku yang aman berikut cara penyimpanannya, hingga proses memasak, pengemasan, penyajian hingga mencuci ompreng.

“Semua alur dari pilih bahan baku, produksi hingga pasca akan kita bantu dampingi. MBG ini program bagus dari pemerintah untuk anak-anak kita, jadi harus kita dukung penuh,’’ imbuh Lilik.

Senada dengan Lilik, Ketua PPJI Kota Semarang, Yanti M Sakoer mengakui bila tidak sedikit dapur MBG yang pelaksanaannya dari awal tidak melibatkan orang yang ahli memasak porsi besar, sehingga proses yang dilakukan tidak sesuai standar secara utuh.

3. Penerima manfaat MBG butuh kualitas

Ilustrasi siswa SD menikmati makan bergizi gratis (MBG) di sekolah. (dok. PPJI Jateng)

“Melaksanakan MBG itu tidak hanya sekedar bisa masak. Sebab, ini porsinya besar dan berlangsung tiap hari. Terus bagaimana menu yang disajikan memenuhi gizi dan tahan lama untuk dikonsumsi, jadi tidak asal-asalan,’’ katanya.

Yanti bahkan menyebut ada dapur MBG yang memberikan menu seadanya, asal yang disajikan terlihat berbentuk nasi, lauk, sayur dan buah.

“Yang beberapa kami ketahui itu ada yang seadanya. Yang penting kelihatan ada nasi, lauk, sayur dan buah, sudah cukup. Padahal tidak bisa begitu. Anak-anak kita penerima manfaat kan ya butuh kualitas khususnya rasa supaya mereka senang MBG-nya enak terus cerita ke orang tuanya dan temannya lain sekolah,’’ tandasnya.

Editorial Team