Ilustrasi dinasti politik dalam pilkada 2020 (Ilustrasi oleh IDN Times)
Tak hanya itu, pihaknya melihat keberadaan Gibran yang memenangi perebutan suara Pilkada 2020 juga tak lepas dari efek sistem dinasti politik. Wijayanto menyebut Gibran termasuk dalam sistem dinasti politik lintas daerah dengan dukungan politik dari ayahnya yang menjadi Presiden Indonesia.
Dampak dinasti politik lintas daerah ini akan berdampak buruk terhadap sistem demokrasi yang sedang berjalan di Indonesia.
"Dampaknya sangat tidak baik buat demokrasi. Dinasti politik lintas daerah akan menafikan proses seleksi kepemimpinan yang legal dan rasional. Contohnya di Solo yang terjadi sebenarnya sudah muncul tokoh senior PDIP yang dapat dukungan kadernya. Orang yang kiprahnya lama dan loyal ternyata dikalahkan sama orang baru yang punya pertalian darah dengan penguasa. Ini membuat regenerasi parpol tidak akan berjalan baik," jelasnya.
Saat ini tantangan terberat yang dipikul Gibran adalah menjawab keraguan dibenak masyarakat luas. Warga nantinya akan melihat sisi efektivitas kepemimpinannya.
Namun, sisi positifnya sosok Gibran bisa mendobrak tradisi politik lama yang selama ini kerap didominasi tokoh-tokoh senior.
"Tentunya sosoknya yang muda dan punya semangat bisa membawa warna baru bagi dunia politik di Tanah Air. Ini jadi tradisi baru anak muda juga bisa jadi pemimpin. Semoga saja ada sisi positifnya ketika dia ditetapkan jadi Wali Kota Solo," pungkasnya.