Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Mendikdasmen Pastikan Coding dan AI Jadi Mapel Kurikulum 2025/2026

IMG-20250608-WA0055.jpg
Mendikdasmen Prof Abdul Mu'ti menjelaskan kurikulum coding dan AI kepada wartawan yang meliput Dis Natalis Unnes. (IDN Times/Fariz Fardianto)
Intinya sih...
  • AI dan coding tak terpisahkan
  • Mendikdasmen hadiri pertemuan menteri negara APEC
  • AI bisa membuat orang jadi culas

Semarang, IDN Times - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Prof Abdul Mu'ti mengatakan telah menyelesaikan kajian akademik dan uji publik untuk menerapkan coding dan artificial intelegence (AI) sebagai mata pelajaran bagi para siswa-siswi se-Indonesia. 

Mu'ti mengungkapkan coding tidak bisa dilepaskan dari AI karena menjadi satu bagian yang tak terpisahkan dari program kecerdasan buatan. 

"AI harus dilihat sebuah realistus disikapi sebaik-baiknya. Teknologi digital dan kedekatan artificial tidak bisa lagi kita hindari. Maka kebijakan kami di Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah mulai tahun ajaran 2025/2026 ini kami mengajarkan mata pelajaran coding dan kecerdasan artificial sebagai pelajaran pilihan," kata Mu'ti tatkala menghadiri puncak Dis Natalis Unnes ke-60 di Auditorium Kampus Sekaran Gunungpati Semarang, Minggu (8/6/2025). 

1. AI dan coding tak terpisahkan

IMG_20250608_100746.jpg
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Prof Abdul Mu'ti saat memaparkan orasi ilmiahnya dalam puncak Dies Natalis ke-60 di Universitas Negeri Semarang (Unnes) Sekaran Gunungpati. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Mu'ti bilang naskah akademik untuk menjalankan mata pelajaran coding dan AI sudah dituntaskan. Dalam tahapan tahun ini pihaknya sedang berusaha melatih para guru agar nantinya dapat mengajarkan mata pelajaran coding dan artificial kepada para siswanya. 

Lebih jelas lagi ia mengklaim bahwa coding dan AI jadi mata pelajaran karena dalam era serba digital dua hal itu dianggapnya bisa mendongkrak kualitas pendidikan

"Kami sudah menyelesaikan naskah akademik dan sudah ada kajian publik. Dan dari pihak kami sudah mulai melatih para guru yang nanti akan mengajar mata pelajaran coding dan artificial. Ini bagian konsekuensi meningkatkan mutu pelayanan pendidikan," tuturnya. 

2. Mendikdasmen hadiri pertemuan menteri negara APEC

Ilustrasi Artificial Intelligence atau AI (Freepik/Rawpixel)
Ilustrasi Artificial Intelligence atau AI (Freepik/Rawpixel)

Berkaca pada pertemuan menteri-menteri pendidikan negara APEC, Mu'ti juga menyampaikan ada hasil yang menyatakan kecerdasan artificial dan teknologi digital memang jadi sarana mengatasi kesenjangan mutu pendidikan. 

Indonesia yang sedang menghadapi distrupsi pendidikan juga mengalami kesenjangan. Selain itu dalam pertemuan tersebut disebutkan juga kalau Australia juga akan menempuh pendidikan teknologi digital dan AI sebagai sarana bagi siswa yang berasal dari suku Aborigin. 

"Beberapa waktu kau kami hadiri pertemuan menteri menteri pendidikan negara APEC bagaiamana dikaitan antara kecerdasan artificial ini dengan teknologi digital menjadi sarana mengatasi akses kesenjangan mutu pendidikan. Ternyata tidak hanya dihadapi Indonesia tetapi juga negara maju. Termasuk Australia juga menghadapi masalah terutama pada suku asli Aborigin," paparnya. 

3. AI bisa membuat orang jadi culas

IMG_20250608_100805.jpg
Puncak acara Dis Natalis Unnes ke-60 diisi penganugerahan bagi Mendikdasmen Prof Abdul Mu'ti dan Wamenpora Taufik Hidayat bidang olahraga dan pendidikan. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Oleh karenanya pihaknya mendorong kepada insan pendidikan Indonesia turut aktif menguasai AI namun tidak untuk disalahgunakan untuk tindakan yang bertentangan dengan moral bangsa Indonesia.

"Selain membaca penguasaan artificial tapi juga etika agar kecerdasan artificial tidak disalahgunakan untuk hal-hal yang bertentangan dengan moralitas," urainya. 

Sedangkan dalam orasinya di Auditorium Unnes, pihaknya meminta kepada masyarakat untuk bijak dan berhati-hati dalam menggunakan AI. Pasalnya saat ini telah bermunculan fenomena-fenomena negatif pada penggunaan teknologi AI. 

"Penggunaan teknologi AI tidak membuat manusia menjadi cerdas tapi menjadi orang menjadi culas," kata pakar pendidikan agama Islam ini. 

Keculasan yang dimaksud Mu'ti ialah saat menggunakan AI, seseorang lebih mementingkan viralisme. 

4. Pemanfaatan AI juga bisa bikin seseorang jadi narsis

IMG-20250608-WA0075.jpg
Majelis Wali Amanat Unnes menyerahkan penghargaan kepada Mendikdasmen Prof Abdul Mu'ti. (IDN Times/Dok Humas Unnes)

Bahkan AI cenderung membuat penggunanya menjadi sangat narsis sehingga menyebabkan yang bersangkutan menderita sebuah penyakit yang ia sebut dengan narsistik. 

"Karena dalam teknologi AI orang menjadi viral, yang penting viral. Yang penting narsis. Dan ada penyakit yang namanya Narsisme," tuturnya.

Pria yang dikenal sebagai Sekretaris Umum PP Muhammadiyah tersebut juga memaparkan sejumlah temuan-temuan dalam pemanfaatan AI dari jurnal-jurnal yang ada selama ini. 

Yang lebih mirisnya lagi, katanya ialah ada fenomena mencolok dalam penggunaan AI yang selama ini populer dengan sebutan no viral nor justice. Yang artinya apabila postingan medsos tidak viral maka tidak akan dilakukan tindakan. 

Pihaknya pun menyoroti adanya Indonesia digital sociality indeks sebagai acuan pengukuran penggunaan teknologi digital. 

"Bahkan ada ungkapan no viral no justice. Kalau tidak viral tidak ada tindakan. Maka 

Fenomena berikutnya disebut digital sociality indeks. Kita mengalami masalah digital visibility ini karena yang terjadi adalah kebiadaban digital," akunya. 

5. Mendikdasmen terima penghargaan dari Unnes

IMG-20250608-WA0071.jpg
Perwakilan MWA Unnes Hendrar Pribadi berjalan dengan Mendikdasmen Prof Abdul Mu'ti dan Rektor Unnes Prof S Martono. (IDN Times/Dok Humas Unnes)

Menurut Rektor Unnes, Prof S Martono, kehadiran Mendikdasmen Prof Abdul Mu'ti di puncak Dis Natalis juga untuk menerima penghargaan berupa Upakarti Adikarya Dharma. Ini mengingat jejak karya Mu'ti yang konsen di bidang pendidikan dasar menengah. 

Selanjutnya penghargaan Upakarti Krida Adikarya diberikan kepada Wamenpora Taufik Hidayat karena kepemimpinannya bisa menjadikan olahraga berintegrasi dengan pendidikan. "Sebagai atlet dahulu juga telah memperlihatkan karya nyatanya untuk menggelorakan dunia olahraga dan pendidikan menjadi satu kesatuan," kata Martono. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bandot Arywono
EditorBandot Arywono
Follow Us