Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi upacara pernikahan adat Jawa (pexels.com/afiful huda)

Intinya sih...

  • Jawa Tengah kaya tradisi adat warisan leluhur yang masih lestari hingga saat ini.
  • Upacara Wetonan, Ruwatan, dan Syawalan merupakan beberapa tradisi unik Jawa Tengah yang menarik untuk diketahui.
  • Pelestarian berbagai tradisi adat ini mencerminkan penghormatan masyarakat Jawa Tengah terhadap budaya leluhur dan nilai-nilai kebersamaan.

Jawa Tengah dikenal kaya akan budaya dan tradisi yang diwariskan turun-temurun. Hingga kini, berbagai upacara adat masih dijalankan oleh masyarakat setempat sebagai bentuk pelestarian budaya dan penghormatan terhadap leluhur.

Berikut 8 tradisi unik dari Jawa Tengah yang menarik untuk diketahui karena sampai sekarang masih lestari.

1. Upacara Wetonan

Upacara Wetonan merupakan tradisi peringatan hari kelahiran berdasarkan penanggalan Jawa. Biasanya, upacara ini pertama kali dilaksanakan saat bayi berusia 35 hari, yang disebut "nyelapani". Dalam upacara ini, keluarga mengadakan doa bersama dan menyajikan berbagai hidangan sebagai ungkapan syukur atas kelahiran sang bayi. Tradisi ini dipercaya membawa keberkahan dan perlindungan bagi si kecil.

2. Upacara Ruwatan

Ruwatan adalah upacara adat yang bertujuan untuk membersihkan diri dari nasib buruk atau kesialan. Masyarakat Jawa meyakini bahwa beberapa orang lahir dengan "sukerta" atau tanda kesialan tertentu. Melalui upacara ruwatan, yang seringkali disertai dengan pertunjukan wayang kulit, diharapkan individu tersebut dapat terhindar dari malapetaka dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

3. Tradisi Syawalan

Syawalan adalah tradisi yang dilaksanakan tujuh hari setelah Hari Raya Idulfitri. Masyarakat Jawa Tengah menyebutnya sebagai "Lebaran Ketupat" karena pada hari ini, ketupat menjadi hidangan utama yang disajikan dan dibagikan kepada tetangga serta kerabat. Selain itu, beberapa daerah mengadakan acara Grebeg Syawal, seperti di Keraton Yogyakarta dan Keraton Solo, sebagai bentuk perayaan dan ungkapan syukur.
 

4. Tradisi Popokan

Tradisi Popokan merupakan upacara unik yang dilakukan oleh masyarakat di Semarang. Pada tradisi ini, warga saling melempar lumpur sebagai simbol pembersihan diri dari sifat-sifat negatif. Biasanya, tradisi ini dilaksanakan pada hari Jumat Kliwon di bulan Agustus dan dipercaya dapat mempererat hubungan antarwarga serta mengusir energi negatif dari lingkungan sekitar.

5. Tradisi Sadranan

Sadranan, atau yang dikenal juga dengan Nyadran, adalah tradisi ziarah ke makam leluhur menjelang bulan Ramadan. Keluarga besar akan berkumpul, membersihkan makam, dan mengirim doa untuk arwah leluhur. Setelah itu, mereka biasanya mengadakan makan bersama sebagai simbol kebersamaan dan rasa syukur. Tradisi ini mencerminkan penghormatan mendalam masyarakat Jawa terhadap nenek moyang mereka.

6. Upacara Tingkeban

Tingkeban, atau Mitoni, adalah upacara yang dilaksanakan saat kehamilan pertama memasuki usia tujuh bulan. Dalam upacara ini, ibu hamil akan dimandikan dengan air kembang oleh sesepuh keluarga sebagai simbol pembersihan dan doa agar proses persalinan berjalan lancar. Selain itu, berbagai ritual lain seperti pemotongan tumpeng dan pembacaan doa juga dilakukan untuk memohon keselamatan bagi ibu dan bayi yang dikandung.

7. Tradisi Brobosan

Brobosan adalah tradisi yang dilakukan saat prosesi pemakaman. Keluarga dekat almarhum akan berjalan di bawah keranda jenazah sebagai simbol penghormatan terakhir dan ungkapan rasa kehilangan. Ritual ini juga dipercaya sebagai cara untuk melepaskan kepergian almarhum dengan ikhlas dan mendoakan agar arwahnya mendapatkan tempat yang layak di alam baka.

8. Upacara Tedak Siten

Tedak Siten adalah upacara yang menandai pertama kalinya seorang anak menginjakkan kaki di tanah, biasanya saat berusia tujuh atau delapan bulan. Dalam upacara ini, anak akan dibimbing untuk menapaki tujuh tampah berisi berbagai jenis bunga, kemudian dinaikkan ke tangga tebu wulung, dan dimasukkan ke dalam kurungan ayam yang dihiasi. Ritual ini melambangkan harapan agar anak tumbuh mandiri, kuat, dan mendapatkan kehidupan yang sejahtera di masa depan.

Pelestarian berbagai tradisi ini menunjukkan betapa masyarakat Jawa Tengah menghargai warisan budaya leluhur mereka. Melalui upacara-upacara adat di atas, nilai-nilai kebersamaan, rasa syukur, dan penghormatan terhadap sesama serta alam sekitar terus terjaga dan diwariskan kepada generasi berikutnya.

Editorial Team