Ia bilang, wali Gusti Allah sebagian besar berdarah Tionghoa. Termasuk panembahan Jin Bun alias Raden Patah. Raden Patah sendiri mendirikan Kerajaan Demak dengan corak Islam pertama di Tanah Jawa.
"Pengaruh Tionghoa pun cukup kental pada masanya, lalu membawa perkembangan Islam yang cukup besar," kata pria yang jadi pengurus Cagar Budaya Kesultanan Pajang tersebut.
Bila dituntut dari sejarah panjang Tiongkok, Raden Brawijaya V punya istri sah bernama Putri Campa. Namun, kala itu sang permaisuri belum bisa memberikan keturunan bagi sang raja.
Dimas Katja mengatakan, kondisi tersebut membuat Raden Brawijaya V gusar. Di tengah kegundahannya, seorang penasihatnya yang keturunan Tionghoa bernama Kiai Ban Tong, tergerak untuk menghadiahkan keponakannya, Putri Wandan, kepada sang raja.
"Selain untuk meneruskan trah Majapahit, tujuan Ki Ban Tong agar dari rahim keponakannya itu lahir darah raja untuk menyiarkan Agama Kanjeng Rasul (Islam). Putri Wandan beragama Islam, sedangkan Brawijaya V masih beragama Hindu atau ajaran Budi," paparnya.
Tetapi, ia menyampaikan, setelah Putri Campa mengandung, ia justru meminta Brawijaya V untuk memulangkan Putri Wandan ke pamannya, Ki Ban Tong. Situasi ini membuat Raden Brawijaya V, diliputi kebingungan.
Selain di sisi lain masih mencintai Putri Campa, dia juga tidak tega menelantarkan Putri Wandan.
"Putri Campa pun memberikan pilihan terhadap Brawijaya V. Kalau ia memilih Putri Wandan, Putri Campa minta dikembalikan ke negara asalnya (sekarang Filipina). Dikarenakan rasa cintanya yang besar, akhirnya Brawijaya V menyerahkan Putri Wandan ke Adipati Terung atau Arya Damar di Palembang," kata Raden Dimas.
Meski sudah diserahkan untuk Arya Damar, Brawijaya V berpesan kepada adipatinya itu untuk tidak meniduri Putri Wandan sebelum melahirkan anak sang raja. Arya Damar mematuhinya. Selang beberapa waktu setelahnya, Putri Wandan melahirkan seorang anak lelaki yang tampan dan juga berwibawa.
Bayi laki-laki itu diberi nama Jin Bun. Kelak, dia menjadi penguasa Tanah Jawa dengan mendirikan Kesultanan Demak.
"Kisah Jin Bun juga bisa dilihat di Klenteng Sam Po Kong. Perjalanan hidup Panembahan Jin Bun ditulis dalam kronik Tiongkok. Andil orang-orang Tionghoa terhadap Islam di Jawa sangat besar. Pelajarilah sejarah, dan berterima kasihlah terhadap mereka," pungkasnya.