Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki. Dok/Humas Pemkot Solo
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki. Dok/Humas Pemkot Solo

Surakarta, IDN Times - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki berharap kalangan perbankan mengubah cara pandang dalam penyaluran kredit kepada UMKM.

Bila selama ini lebih dominan dengan pola pandang terhadap ketersediaan dan kekuatan agunan, maka sebaiknya sudah mulai menilai dari sisi kelayakan atau cashflow usaha UMKM.

1. Ubah cara pandang penyaluran kredit UMKM dari agunan ke kelayakan usaha

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki saat kunjungan ke Technopark.Dok/Humas Pemkot Solo

Teten menyebutkan bahwa kredit perbankan bagi UMKM saat ini baru sebesar 19,8 persen, akan ditingkatkan menjadi di atas 30 persen pada 2024 mendatang.

"Oleh karena itu, digitalisasi UMKM tidak hanya fokus pada sisi pemasaran saja. Lebih dari itu, dalam pengelolaan bisnis UMKM juga harus sudah digital. Jadi, pihak perbankan bisa melihat dengan jelas kelayakan usaha dan  cashflow UMKM secara digital," ulas MenKopUKM, pada acara peluncuran Roadshow Klinik UMKM bertajuk Berdayakan UMKM, Lahirkan Pahlawan Digital Baru, di Solo Technopark, Surakarta, Jawa Tengah, Jumat (12/11/2021).

Menurut Teten, agar pelaku UMKM bisa scaling-up dengan digitalisasi, pemerintah sudah menciptakan ekosistemnya, baik dari sisi supply maupun demand. Hingga saat ini, lanjut Teten, setidaknya 16,4 juta UMKM telah terhubung ke dalam ekosistem digital. Angka ini meningkat hampir 105 persen.

“Target hingga 2024 sebanyak 30 juta pelaku UMKM sudah onboarding di platform-platform digital. Kami akan lebih menyasar pelaku usaha mikro yang jumlahnya masih sangat dominan," jelas Teten.

Untuk mengurangi jumlah usaha mikro dengan strategi scaling-up, Teten meminta para kepala daerah untuk mengembangkan keunggulan domestik yang dimiliki masing-masing.

Meskipun demikian, program digitalisasi dan scaling-up akan lebih diarahkan pada UMKM yang berbasis kreativitas hingga berbasis teknologi agar bisa masuk rantai pasok industri.

"Jangan membuat produk yang sudah dihasilkan usaha besar karena UMKM pasti kalah. Kita harus masuk ke rantai pasok mereka, seperti sektor furnitur, otomotif, elektronik, dan sebagainya," pungkas Teten.

2. UMKM harus bertransformasi

Peluncuran Roadshow Klinik UMKM bertajuk Berdayakan UMKM, Lahirkan Pahlawan Digital Baru, di Solo Technopark. Dok/Humas Pemkot Solo

Sementara itu, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka menyebutkan bahwa pihaknya terus mengajak pelaku UMKM bertransformasi ke digital agar pasar produknya lebih terbuka dan luas.

"Saya meyakini daya beli masyarakat masih cukup terjaga untuk menopang pertumbuhan UMKM, khususnya di wilayah Solo," kata Gibran.

Gibran menambahkan, Solo Technopark harus dimanfaatkan sebagai ajang UMKM scaling-up, karena merupakan tempat berkumpulnya para unicorn, CEO, pengusaha sukses, hingga orang-orang kreatif dan produktif.

“Sehingga, percepatan pemulihan ekonomi bisa berjalan lebih cepat lagi," tegas Gibran.

3. Klinik UMKM

Peluncuran Roadshow Klinik UMKM bertajuk Berdayakan UMKM, Lahirkan Pahlawan Digital Baru, di Solo Technopark. IDNTimes/Larasati Rey

Sementara itu, CEO Bukalapak Rahmat Kaimuddin menjelaskan bahwa Klinik UMKM berfungsi memberdayakan UMKM dengan menyiapkan pasar digital.

“Selain itu, kita juga memodernisasi warung sebagai Mitra Bukalapak lewat digitalisasi," imbuh Rahmat.

Namun, Rahmat mengakui, Bukalapak tidak bisa melakukan itu sendiri. "Kami menyiapkan infrastruktur pasar digital. Hal lainnya seperti pembinaan dan inkubasi disinergikan dengan pihak lain. Makanya, kita bersinergi dengan Kementerian Koperasi dan UKM,” ujarnya.

Rahmat juga menyatakan, tantangan yang dihadapi UMKM sangat kompleks dan beragam. Mulai dari tidak adanya infrastruktur yang mampu membuat usaha mereka lebih berkembang, kurangnya permodalan untuk memperbanyak variasi produk, hingga tidak meratanya adopsi teknologi.

“Dan juga masih minimnya inklusi keuangan yang mempersulit mereka dalam melakukan transaksi," pungkas Rahmat.

Editorial Team