“Saya ajak ikut kegiatan disini biar anak saya tidak dibully lagi,’ ujar Martuti.
Ucapan Martuti tersebut sontak membuat hati saya bergetar. Kalimat yang diucakan Martuti memperjelas bagaimana bullying dan diskriminasi kepada anak penyangdang disabilitas di desa masih dianggap sebagai aib dan kutukan.
Martuti ibu tangguh yang saya temui di warga Dukuh Keposong RT 02/03, Desa Keposong, Tamansari, Boyolali memiliki ketegaran hari yang kuat saat mencerikan bagaimana kondisi dan perjuangannya merawat anak laki-lakinya yang penyangdang tuna netra sejak dari kecil.
Wajahnya yang menua menyimpan beragam beban yang ditanggung dihatinya. Saat saya ingin bertanya tentang anaknya, bukan sikap minder yang ia berikan, tapi ia langsung antusias mengenalkan anak laki-lakinya kepada saya. Ia bahkan menjemput dan menuntun langsung anaknya keluar rumah agar bisa menceritakan kisahnya kepada saya.
Lebih kaget lagi saat saya melihat pertama kali bertemu Bagas Supriyanto, saya tercengang dengan sosoknya, ia memiliki badan kecil seperti anak sekolah SMP, wajah saya melihat wajah dengan penuh semangat dan keceriaan yang dipancarkan oleh Bagas. Bukan wajah sedih dengan keputusasaan.
Tak seperti bentuk tubuhnya, Bagas ternyata anak berusia 21 tahun, namun ia masilh mengenyam pendidikan di SLB Boyolali, tingkat SMA. Setiap hari, Martuti dan Bagas harus menempuh waktu 1 jam hanya untuk berangkat sekolah dari rumahnya. Perjuangan melewati alas dan kaki gunung Merapi ditempuh oleh Martuti agar anaknya mendapat pendidikan yang layak.
Martuti mengaku sengaja mengajak Bagas untuk belajar Integrated Farming Pandawa Patra (Pasukan Inklusi Peduli Alam Bawanan) yang berkolaborasi bersama Pertamina Patra Niaga Jawa Bagian Tengah. Meski tak bisa banyak membantu, Martuti dengan tekun mengenalkan cara merawat tanaman hingga hewan ternak di Green House Pandawa Patra.
“Kesini setiap pulang sekolah saja ajak kesini ya seminggu tiga kali, biar Bagas belajarlah disini kan juga temannya banyak,” ungkap Martuti kepada IDN Times, Selasa (21/10/2025).
Tak hanya Bagas, Martuti pun juga membantu di Green House Pandawa Patra. Ia pun turut terlibat dalam pengolahan hingga pemasaran hasil kebun di Pandawa Patra.