Keberhasilan investasi tidak hanya diukur dari profit perusahaan semata, melainkan juga dari dampak gandanya (multiplier effect) terhadap masyarakat. Manajemen AZKO menerapkan kebijakan perekrutan agresif terhadap tenaga kerja lokal.
“Adik-adik yang kerja di sini 95 persen adalah putra-putri daerah. Kalau sekitar Ngaliyan hampir 100 persen. Ini wujud komitmen kami untuk ikut andil menekan angka pengangguran,” klaim Anto.
Angga, karyawan asli Ngaliyan, memvalidasi hal tersebut. Baginya, bekerja dekat dengan rumah adalah kemewahan yang meningkatkan kualitas hidup.
“Senang bisa bekerja di sini. Kebanyakan yang bekerja di sini memang dari Ngaliyan,” ujarnya.
Kepala Bidang Pemberdayaan Usaha Mikro Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang, Mohamad Waluyo Sejati, menilai kehadiran ritel modern itu melengkapi ekosistem ekonomi wilayahnya.
“Ini menjadi penanda makin lengkapnya ekosistem layanan. Kehadiran AZKO membawa dampak positif bagi pemerataan ekonomi dan memberikan manfaat untuk sekitar,” tuturnya.
Pengunjung melihat dan berkonsultasi perlengkapan rumah tangga di AZKO Ngaliyan Kota Semarang. (IDN TImes/Dhana Kencana)
Di tengah ingar-bingar pembukaan toko, AZKO ikut menyerahkan bantuan kepada SD Ngaliyan 05 melalui program AZKO Berbagi Cahaya. Kepala Sekolah SD Ngaliyan 05, Arifah Kusnawati, menyambut haru bantuan berupa alat kebersihan dan lampu LED hemat energi tersebut.
Bantuan tersebut memiliki dua dimensi solusi. Pertama untuk efisiensi biaya listrik sekolah berkat pemberian lampu LED hemat energi dengan luments (tingkat kecerahan) tinggi, serta peningkatan konsentrasi belajar bagi 130 siswa berkah pencahayaan yang lebih baik dari lampu tersebut.
“Kebetulan sekolah kami kecil, jadi bantuan ini sangat pas. Kami membutuhkan alat kebersihan dan lampu untuk ruangan yang agak gelap,” ujar Arifah.
Kendati membawa manfaat ekonomi dan sosial, pembangunan di kawasan penyangga seperti Ngaliyan bukan tanpa risiko. Laporan analisis tata kota Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dalam laman resminya memperingatkan bahwa ekspansi ritel di urban fringe, jika tidak dikelola hati-hati, berisiko mengurangi Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan menambah beban drainase, mengingat posisi Ngaliyan di dataran tinggi. Jika drainase buruk, risiko limpasan air (run-off) ke Semarang bawah akan meningkat.
Menjawab tantangan tersebut, Anto menekankan jika AZKO tidak hanya fokus pada penjualan, tetapi juga edukasi mengenai gaya hidup ramah lingkungan. Menurutnya, produk-produk yang mereka jual, seperti lampu hemat energi dan peralatan rumah tangga yang efisien merupakan bagian dari mitigasi dampak lingkungan di level rumah tangga.
Ke depan, Anto membocorkan rencana ekspansi AZKO ke kota-kota lapis kedua di Jawa Tengah seperti Pati, Jepara, hingga Pemalang.
“Kami melihat potensi infrastruktur yang meningkat di Jawa Tengah. Di mana ada properti tumbuh, di situ ada kebutuhan home improvement,” katanya menutup pembicaraan dengan IDN Times.
Tiga puluh tahun perjalanan AZKO menjadi cermin evolusi masyarakat Indonesia dan Kota Semarang, yang bergerak dari sekadar memenuhi kebutuhan dasar menuju pemenuhan gaya hidup berkualitas, efisien, dan peduli sesama. Di Ngaliyan, narasi tersebut menemukan bentuk fisiknya yang terbaru dari keberadaan AZKO.
Infografik: Perjalanan 30 Tahun AZKO: Dari Lisensi Menuju Kemandirian. (IDN Times/Dhana Kencana)