Dr. dr. Riyadh Firdaus, Sp. An-TI, Subsp. NA(K) sebagai Kepala Pusat Pengembangan Kedokteran Indonesia Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (PUSBANGKI FKUI). (IDN Times/Foto : Dok. Pribadi)
Dr. dr. Riyadh Firdaus, Sp. An-TI, Subsp. NA(K) sebagai Kepala Pusat Pengembangan Kedokteran Indonesia Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (PUSBANGKI FKUI) mengatakan implementasi Big Data dapat membentuk kebijakan yang memiliki potensi manfaat ganda bagi seluruh elemen dalam sistem kesehatan.
Big data juga memiliki karakteristik tersendiri yang dikenal sebagai “5V” yaitu volume, velocity, variety, veracity, dan value. Big data ini juga merupakan data yang sensitif, oleh karena itu dibutuhkan infrastruktur yang mumpuni untuk menjaga dan menyimpan data tersebut, baik dari sisi hardware dan software penyimpanan seperti secure cloud.
dr. Riyadh mengatakan pemerintah Indonesia mendorong transformasi digitalisasi kesehatan yang didukung oleh peningkatan anggaran APBN 2024 hingga mencapai Rp187.5 trilliun.
"Pengalokasian anggaran kesehatan termasuk memperhatikan penyelesaian permasalahan kesehatan berdasarkan beban penyakit atau epidemiologi, peningkatan anggaran kesehatan tersebut juga sudah diatur penggunaannya pada Pasal 409 ayat(5) UU Kesehatan,"katanya.