Amblas Sejak 2022, Warga Was-was Jembatan Lopasir Penghubung Banyumas-Cilacap Ambruk

- Pondasi terkikis derasnya banjir
- Risiko dan ancaman nyawa
- Tuntutan perbaikan menjadi mendesak
Banyumas, IDN Times - Hampir tiga tahun sudah, warga Desa Karanglewas, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas, harus hidup berdampingan dengan kecemasan. Jembatan Lopasir yang menjadi satu satunya akses vital penghubung wilayah utara dan selatan desa mereka, hingga kini belum juga diperbaiki setelah amblas akibat banjir besar yang terjadi 3 tahun lalu.
Jembatan yang rusak itu kini menjadi jalan berbahaya bagi warga. Setiap hari, puluhan warga masih nekat menyeberang di atas jembatan darurat, sekadar untuk bisa melanjutkan aktivitas harian mereka ke sekolah, pasar, puskesmas, bahkan ke kantor desa dan kecamatan.
“Kalau lewat jalan lain bisa muter hampir tiga kilometer, lebih boros waktu, tenaga, dan bensin jadi ya terpaksa lewat sini terus, padahal bahaya banget,” keluh Sarja, warga Karanglewas yang setiap hari melintasi jembatan rusak itu dengan sepeda motornya, kepada IDN Times, Senin (16/6/2025).
1. Pondasi terkikis derasnya banjir

Kerusakan jembatan diduga kuat akibat terkikisnya pondasi oleh derasnya arus Sungai Lopasir saat banjir melanda pada 23 Nopember 2022, saat itu hujan mengguyur semalaman, bahkan saat itu warga yang berada persis di bibir jembatan sempat diungsikan. Struktur jembatan yang tak lagi kokoh membuat badan jalan amblas dan tak bisa dilalui kendaraan roda empat. Kini, hanya motor dan pejalan kaki yang masih berani mencoba menyeberang.
Namun begitu, walau berulangkali ditinjau oleh pemkab Banyumas hingga anggota DPR Pusat tidak ada tanda tanda konkret dari pemerintah bahwa perbaikan akan segera dilakukan. Warga pun semakin frustrasi, Mereka menilai pemerintah lamban dan terkesan abai terhadap kebutuhan mendasar infrastruktur desa.
“Sudah hampir tiga tahun, tapi belum juga ada pembangunan ulang, padahal ini jalan vital, bukan jalan kecil, akses satu satunya yang paling dekat bagi warga sini,” ujar Sarja lagi, mewakili keresahan banyak warga lainnya.
2. Risiko dan ancaman nyawa

Setiap kali turun hujan deras, warga semakin khawatir jembatan yang sudah rusak itu akan benar benar runtuh dan menelan korban. Kondisi ini membuat keselamatan pengguna jalan terancam setiap saat.
Kekhawatiran bukan tanpa alasan, jalur ini bukan hanya penting bagi warga Karanglewas, tetapi juga berfungsi sebagai jalur alternatif penghubung antara Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Cilacap. Jika kondisi ini terus dibiarkan, dampaknya akan semakin luas bukan hanya dari segi mobilitas, tetapi juga ekonomi dan pelayanan publik.
Pemerintah desa pun sejak awal kejadian telah berupaya keras berkordinasi dengan berbagai pihak agar ada perbaikan, namun masih nihil, sehingga bersama warga membuat alternatif menggunakan bambu agar bisa dilintasi.
3. Tuntutan perbaikan menjadi mendesak

Warga berharap pemerintah daerah, dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Banyumas, segera mengambil langkah nyata dan mempercepat proses pembangunan kembali jembatan tersebut.
Bagi mereka, ini bukan hanya soal infrastruktur, tapi soal hak dasar sebagai warga negara memiliki akses yang aman dan layak. “Kami sudah cukup sabar, aekarang kami butuh aksi nyata, bukan janji,” tegas Sarja menutup perbincangan.
Kerusakan infrastruktur seperti ini seharusnya menjadi prioritas dalam agenda pembangunan daerah. Bukan hanya karena menyangkut akses ekonomi, pendidikan, dan kesehatan, tetapi juga karena menyangkut keselamatan jiwa warga.
Pemkab Banyumas diharapkan segera turun tangan secara serius, sebelum jembatan ini benar benar menjadi saksi bisu tragedi yang seharusnya bisa dicegah.