Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi pelaksanaan Makan Bergizi Gratis (MBG) (IDN Times/Tunggul Damarjati)
Ilustrasi pelaksanaan Makan Bergizi Gratis (MBG) (IDN Times/Tunggul Damarjati)

Intinya sih...

  • Paguyuban UMKM di Solo meminta agar diikutsertakan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG)

  • Ketua Paguyuban UMKM Solo, Iman Buhairi Santoso, mengatakan ada sekitar 35 pelaku UMKM yang berharap mendapat porsi 200 per pelaku usaha resto, kafe, dan kantin.

  • Imam berharap pemerintah bisa membagi porsi program MBG ke kafe, kantin hingga UMKM yang selama ini sepi pembeli untuk meminimalisir keracunan dan mendorong perekonomian.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Surakarta, IDN Times - Paguyuban Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) cafe, kantin dan restoran di Kota Solo meminta agar mereka diikutsertakan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG). 

Pelaku UMKM yang tergabung dalam Paguyuban UMKM Solo tersebut juga mengirimkan surat kepada Menteri Keuangan dan Kepala Badan Gizi Nasional (BGN).

1. Ikut berpartisipasi dalam program MBG

Ketua Partguyuban UMKM Solo, Iman Buhairi Santoso. (IDN Times/Larasati Rey)

Ketua Partguyuban UMKM Solo, Iman Buhairi Santoso mengatakan saat ini ada sekitar 35 pelaku UMKM di bawah Partguyuban UMKM Solo. Ia mengaku jika program MBG tersebut tidak merata karena ribuan UMKM tidak tersentuh dan hanya dikuasai sekelompok saja.

"Kami dari Paguyuban UMKM Solo di mana ada resto di dalamnya, ada kafe sama kantin ini kami mengajukan ikut  supaya berpartisipasi di MBG. Karena kita dari UMKM itu gak mungkin hanya menjadi penonton di tengah perputaran Rp400 triliun dana yang beredar di sekitar MBG," kata Ketua Paguyuban UMKM Solo, Iman Buhairi Santoso di Solo, Senin (22/9/2025).

Menurut Iman, para pelaku UMKM tersebut berharap mendapat porsi 200 per pelaku usaha resto, kafe dan kantin. “Nah, katakanlah ya tiga dapur itu kan ada 9.000. Kalau dibagi 200 itu bisa sudah melibatkan 44 UMKM," jelasnya.

2. Meminimalisir keracunan MBG

SPPG menyiapkan paket makanan program Makan Bergizi Gratis (MBG) (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wisesa)

Lebih lanjut, menurut Imam, selama ini satu dapur MBG di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) harus menyiapkan 3.000 porsi. Sehingga harus mulai memasak mulai pukul 23.00 WIB untuk dikonsumsi keesokan harinya, hal ini rentan menimbulkan bakteri yang masuk ke makanan, terlebih jika yang memasak bukan dari kalangan profesional, sehingga banyak menyebabkan kasus keracunan.

"Nah akhirnya terjadi ada keracunan, ada yang ada belatungnya," katanya.

Imam berharap pemerintah bisa membagi porsi program MBG ke kafe, kantin hingga UMKM yang selama ini sepi pembeli. “Kami ibaratnya mendodok (mengetuk) pemerintah nih supaya satu dapur 3.000 porsi itu, bagilah ke UMKM atau pemilik resto atau pemilik kafe yang selama ini sepi penjualannya. Mungkin kantin juga kantin sekolah yang sepi penjualannya karena imbas dari MBG," jelasnya lagi.

"Masak tidak harus dari jam 11.00 malam, bisa dari pagi dan mereka sudah biasa," sambungnya.

3. Perekonomian tergerak

Ilustrasi ompreng MBG. (IDN Times/Putra F. D. Bali Mula)

Sementara itu Pembina UMKM Solo Raya, Prof Bambang Setiaji mengatakan pihaknya bersama ketua paguyuban mengusulkan kepada BGN dan Kementerian Keuangan supaya kapasitas 3.000 itu bisa dibagikan ke pelaku usaha kafe, kantin dan resto.

"Sehingga kafe-kafe Gen Z anak-anak muda ini bisa berpartisipasi. Keuntungan lain, kalau dia berpartisipasi istilahnya demo-demo kemarin itu kan banyak Gen Z, yang mempelopori istilahnya itu terabaikan,” jelasnya.

“Situasi ekonomi sulit, Gen Z itu kan sejak Covid itu termasuk di sektor restoran dan kafe. Omset setelah Covid itu tidak bisa kembali," sambung Mantan Rektor UMS itu.

Disisi lain, keuntungan dari pembagian memasak MBG ini juga meminimalisir makanan basi. “Dan kelemahannya dengan 3.000 pack itu masaknya kan tadi malam. Masaknya jam 12.00 malam disajikan siang sudah banyak beracun. Kalau dipecah 200 pack masaknya pagi. Pokoknya 1 jam sebelum dimakan siap, sehingga fresh from the oven," pungkasnya.

Editorial Team