Ilustrasi kelompok siswa di kelas (dok. pribadi/Khairatun Amalia)
Sementara ia menganggap adanya perubahan kurikulum pada era Mendikdasmen Abdul Mu'ti justru seolah terus memunculkan fenomena dimana kebijakan menteri pendidikan selalu berubah setiap era pemerintahan yang baru.
“Saya khawatir jika kebijakan ini tidak didasarkan pada evaluasi menyeluruh. Apakah kebijakan sebelumnya dinilai gagal? Kalau belum jelas, maka pengembalian sistem lama ini belum memiliki dasar argumentatif yang kuat,” tegasnya.
Ia berkata perlu bimbingan yang baik dari guru dan kejelasan dari perguruan tinggi mengenai mata pelajaran yang menjadi syarat masuk jurusan tertentu.
Di samping itu, katanya adanya pengaktifan kembali penjurusan IPA IPS dan Bahasa sebagai bentuk kemunduran dunia pendidikan Indonesia.
“Peniadaan jurusan sebelumnya dilakukan untuk menghapus stigma dan pengkastaan antara IPA, IPS, dan Bahasa. Dengan tidak adanya penjurusan, siswa punya kebebasan untuk memilih mata pelajaran yang sesuai dengan minat dan potensi mereka, termasuk bidang seperti seni dan budaya,” tuturnya.
Ia justru menganggap bahwa Kurikulum Merdeka yang digalakan Nadiem Anwar Makarim telah memberikan keleluasaan bagi siswa dalam menyiapkan diri menuju jenjang perguruan tinggi, dengan pendekatan yang lebih fleksibel.